Tradisi larung kepala kerbau Jepara tetap digelar di tengah pandemi COVID-19
Jepara (ANTARA) - Lomban (pesta laut) kupatan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yang diwarnai dengan larung kepala kerbau di Perairan Laut Jepara, masih tetap di gelar meski sedang pandemi penyakit virus corona (COVID-19) dengan acara yang sangat sederhana, Minggu.
Lomban yang biasanya diikuti ratusan kapal, tidak lagi terlihat karena pelaksanaan tradisi sedekah laut yang dipusatkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kelurahan Ujungbatu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, hari ini (31/5) hanya diikuti puluhan orang dari biasanya mencapai ribuan orang dalam memeriahkan pekan Syawalan.
Peserta yang ikut larung kepala kerbau juga terbatas, meliputi Lurah Ujungbatu Anjar Jambore Widodo beserta perangkat kelurahan, perwakilan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jepara, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
"Kami tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak antar sesama," kata Lurah Ujungbatu Anjar Jambore Widodo di Jepara.
Ia juga memaklumi kondisi yang terjadi sekarang sehingga semua pihak harus mengikutinya, termasuk dalam pelaksanaan larungan juga dibatasi agar arahan pemerintah untuk tetap menerapkan jarak jarak bisa terwujud.
Rangkaian larungan dimulai pada Sabtu (30/5) yang diawali pagi hari dengan penyembelihan kerbau di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kelurahan Jobokuto, Kecamatan Jepara.
Sore harinya, daging kerbau dibagikan kepada warga di 16 RT di Kelurahan Ujungbatu, kemudian berziarah ke Makam Mbah Ronggo Mulyo.
Kegiatan lainnya, yakni tahlilan dan doa di TPI Ujungbatu yang digelar malam harinya.
Bahkan, pagelaran wayang kulit juga masih bisa digelar dengan durasi waktu yang lebih pendek, yakni selama 30 menit.
Sementara untuk pengamanan sendiri, selain personel TNI dan Polri, ada juga 20 warga setempat yang ikut bertugas menjaga agar tidak ada pengunjung yang memadati lokasi kegiatan, yang dimulai dari akses jalan masuk hingga lokasi pemberangkatan dan kepulangan kapal pembawa sesajen, di TPI Ujungbatu.
Ketua HNSI Jepara Sudiyatno mengungkapkan sedekah laut merupakan ritual nelayan yang sudah dilakukan turun-temurun dengan harapan mendapatkan tangkapan ikan melimpah.
Untuk pelaksanaannya, kata dia, pada hari ketujuh setelah Lebaran.
Mengingat sedang pandemi COVID-19, kata dia, tradisi nelayan ini tetap digelar, namun pelaksanaannya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Untuk mengantisipasi nelayan dan masyarakat di luar peserta inti yang nekat datang, maka prosesi larungan dimulai lebih awal, yakni pukul 05.20 WIB dari rencana pukul 05.30 WIB.
Bersamaan dengan prosesi sedekah laut, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 juga turut memberikan imbauan.
Dengan berkeliling ke penjuru Jepara, mereka meminta masyarakat agar tetap di rumah, tidak bergerombol di tepi jalan, serta selalu memakai masker dan sering cuci tangan.
Baca juga: Tim GTPP COVID-19 Jepara temukan 69 orang reaktif
Baca juga: Sembilan orang di Pasar Jepara reaktif COVID-19
Lomban yang biasanya diikuti ratusan kapal, tidak lagi terlihat karena pelaksanaan tradisi sedekah laut yang dipusatkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kelurahan Ujungbatu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, hari ini (31/5) hanya diikuti puluhan orang dari biasanya mencapai ribuan orang dalam memeriahkan pekan Syawalan.
Peserta yang ikut larung kepala kerbau juga terbatas, meliputi Lurah Ujungbatu Anjar Jambore Widodo beserta perangkat kelurahan, perwakilan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jepara, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
"Kami tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak antar sesama," kata Lurah Ujungbatu Anjar Jambore Widodo di Jepara.
Ia juga memaklumi kondisi yang terjadi sekarang sehingga semua pihak harus mengikutinya, termasuk dalam pelaksanaan larungan juga dibatasi agar arahan pemerintah untuk tetap menerapkan jarak jarak bisa terwujud.
Rangkaian larungan dimulai pada Sabtu (30/5) yang diawali pagi hari dengan penyembelihan kerbau di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kelurahan Jobokuto, Kecamatan Jepara.
Sore harinya, daging kerbau dibagikan kepada warga di 16 RT di Kelurahan Ujungbatu, kemudian berziarah ke Makam Mbah Ronggo Mulyo.
Kegiatan lainnya, yakni tahlilan dan doa di TPI Ujungbatu yang digelar malam harinya.
Bahkan, pagelaran wayang kulit juga masih bisa digelar dengan durasi waktu yang lebih pendek, yakni selama 30 menit.
Sementara untuk pengamanan sendiri, selain personel TNI dan Polri, ada juga 20 warga setempat yang ikut bertugas menjaga agar tidak ada pengunjung yang memadati lokasi kegiatan, yang dimulai dari akses jalan masuk hingga lokasi pemberangkatan dan kepulangan kapal pembawa sesajen, di TPI Ujungbatu.
Ketua HNSI Jepara Sudiyatno mengungkapkan sedekah laut merupakan ritual nelayan yang sudah dilakukan turun-temurun dengan harapan mendapatkan tangkapan ikan melimpah.
Untuk pelaksanaannya, kata dia, pada hari ketujuh setelah Lebaran.
Mengingat sedang pandemi COVID-19, kata dia, tradisi nelayan ini tetap digelar, namun pelaksanaannya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Untuk mengantisipasi nelayan dan masyarakat di luar peserta inti yang nekat datang, maka prosesi larungan dimulai lebih awal, yakni pukul 05.20 WIB dari rencana pukul 05.30 WIB.
Bersamaan dengan prosesi sedekah laut, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 juga turut memberikan imbauan.
Dengan berkeliling ke penjuru Jepara, mereka meminta masyarakat agar tetap di rumah, tidak bergerombol di tepi jalan, serta selalu memakai masker dan sering cuci tangan.
Baca juga: Tim GTPP COVID-19 Jepara temukan 69 orang reaktif
Baca juga: Sembilan orang di Pasar Jepara reaktif COVID-19