Kudus (ANTARA) - Transaksi penjualan kerajinan pisau di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pada bulan puasa Ramadhan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang diduga karena menurunnya daya beli masyarakat akibat pandemi virus Corona (COVID-19).
"Informasi dari sejumlah pelanggan yang biasa kulakan pisau, kondisi pasar tengah sepi dan dimungkinkan masyarakat lebih fokus membeli kebutuhan pokok dibanding membeli pisau," kata salah seorang pengrajin pisau di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus, Sahri Baedlowi di Kudus, Minggu.
Akibatnya, lanjut dia, sejak mewabah virus corona, pemesanan pisau dari pedagang tidak ada lagi.
Baca juga: Pengrajin pisau di Kudus keluhkan naiknya harga bahan baku
Pesanan terakhir yang diterima, kata dia, dikirim ke Surabaya, namun pemesannya sebetulnya membatalkan pesanan tersebut karena kondisi pasar yang lesu akibat COVID-19 yang berdampak pada transaksi penjualan pisau di pasaran, namun karena terlanjur dikirim akhirnya pemesannya menerima.
Hanya saja, untuk pembayarannya terpaksa disepakati ditunda karena pembelinya juga mempertimbangkan keuangan dirinya.
Kondisi pasar yang lesu, membuat Sahri lebih menguatkan pemasaran aneka produk pisau logam lewat pemasaran secara daring.
Transaksi penjualan lewat pemasangan daring, diakui masih mengalir meskipun omzetnya tidak sebesar saat menerima pesanan dari pedagang pisau yang nantinya dijual kembali.
"Maklum yang memesan bukan pedagang, melainkan konsumen rumah tangga yang memang dipakai sendiri," ujarnya.
Kondisi yang dialaminya, kata dia, masih dianggap beruntung masih bisa berjualan, termasuk mencari produk lain yang bisa dipasarkan di tengah pandemi COVID-19.
Pasalnya, kata Sahri, ada pengrajin pisau lain di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus, yang harus menghentikan usahanya karena tidak ada permintaan, termasuk pisau cenderamata karena tidak ada lagi pesta nikah.
"Jika ditotal ada sekitar 50-an pengrajin dari sekitar 250-an pengrajin di desa setempat," ujarnya.
Sementara di Kabupaten Kudus, diperkirakan bisa mencapai seratusan pengrajin yang harus berhenti produksi dari sekitar 400-an pengrajin di tingkat kabupaten.
Baca juga: Bahan baku pisau masih mengandalkan bahan bekas
Berita Terkait
Transaksi SPKLU naik, PLN sajikan kenyamanan pemudik mobil listrik
Rabu, 24 April 2024 10:55 Wib
Rekening penampung kredit bank pemerintah catat transaksi mencurigakan
Selasa, 23 April 2024 8:52 Wib
Pemkab Kudus catat nilai transaksi e-katalog capai Rp329,62 miliar
Sabtu, 3 Februari 2024 6:15 Wib
Rumah BUMN Rembang catatkan transaksi penjualan produk UMKM Rp3 miliar
Rabu, 24 Januari 2024 14:54 Wib
Tejo: Notaris wajib laporkan transaksi keuangan mencurigakan ke PPATK
Selasa, 16 Januari 2024 20:12 Wib
OJK: Belum ada transaksi mencurigakan sejak masa kampanye di Banyumas
Selasa, 12 Desember 2023 16:33 Wib
Pemkab Kudus persiapkan semua desa terapkan transaksi non tunai
Jumat, 8 Desember 2023 8:26 Wib
TP2DD Jateng percepat digitalisasi transaksi pemda
Rabu, 22 November 2023 10:30 Wib