Tenaga kesehatan Kota Magelang jalani tes cepat COVID-19
Magelang (ANTARA) - Sebanyak 60 tenaga kesehatan berasal dari lima puskesmas di Kota Magelang, Jawa Tengah menjalani tes cepat COVID-19 guna pencegahan penyebaran virus corona jenis baru di daerah tersebut.
Pelaksanaan tes tahap pertama untuk kalangan tersebut berlangsung di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tipe B Budi Rahayu Kota Magelang di Magelang, Rabu.
Direktur RSUD Budi Rahayu Kota Magelang Ari Melianti mengatakan tenaga medis sebagai kelompok masyarakat yang diprioritaskan menjalani tes cepat itu karena mereka setiap hari berhadapan secara langsung dengan pasien, baik yang berstatus OTG (Orang Tanpa Gejala), ODP (Orang Dalam Pengawasan), maupun PDP (Pasien Dalam Pengawasan).
"Masing-masing puskemas 12 orang. Mereka adalah yang sehari-hari berkontak dengan PDP, ODP, maupun OTG," kata dia dalam keterangan tertulis Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkot Magelang.
Ia menjelaskan tentang cara kerja tes cepat, antara lain dengan mengambil sampel darah, kemudian diteteskan pada alat, lalu akan keluar hasilnya.
Guna memastikan seseorang terpapar COVID-19 atau tidak, kata dia, minimal mereka harus melaksanakan tes dua kali.
Baca juga: Pasien positif COVID-19 di Kudus bertambah, jadi 8 orang
Ia mengatakan jika hasil tes awal menunjukkan negatif dan tidak bergejala, biasanya tidak perlu tes lagi.
Akan tetapi, katanya, kalau hasilnya positif akan dirujuk ke RSU Tidar Kota Magelang untuk tes swab nasofaring atau polymerase chain reaction (PCR), yang secara spesifik lebih dapat memastikan apakah seseorang benar-benar terinfeksi virus atau tidak.
“Kemudian kalau hasilnya negatif tapi ada gejala, maka bisa diulang. Biasanya 'rapid test' (tes cepat) tidak selalu positif, karena setelah 6-7 hari terinfeksi, gejala mulai muncul, baru memperlihatkan tanda positif,” kata dia.
Pihaknya juga melakukan tes serupa bagi tiga ODP yang dirawat di rumah sakit tersebut. Ketiga ODP tersebut, warga Kota Magelang.
Ia mengakui hingga saat ini pihaknya masih terkendala kurangnya jumlah alat tes cepat COVID-19.
Baca juga: Gugus Tugas kembali tekankan isolasi diri, jumlah ODP meningkat
Awal April 2020, pihaknya menerima 100 alat tes dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Semarang, sedangkan jumlah tenaga medis 60 orang, di mana mereka harus melakukan dua kali tes.
Terkait dengan sarana prasarana RSUD Budi Rahayu untuk penanganan pasien COVID-19, dia menjelaskan rumah sakit itu memiliki 18 kamar dengan 26 tempat tidur.
Sebanyak sembilan di antara 18 kamar itu, untuk ruang isolasi pasien COVID-19 dengan jumlah 18 tempat tidur.
“Kamar tersebut dipakai untuk isolasi mandiri ODP, semacam 'shelter'. Jika rumah atau tempat tinggal ODP tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri misalnya rumahnya sempit. Kami yang menawarkan ke mereka ketika kami lakukan 'tracing' (penelusuran),” katanya.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kota Magelang dr Sri Harso mengatakan tes cepat diutamakan bagi tenaga kesehatan karena mereka berkontak langsung dengan pasien, baik pasien umum maupun ODP, PDP, dan OTG.
“Jadi kita utamakan nakes (tenaga kesehatan) yang ada di puskesmas, UGD (Unit Gawat Darurat), poliklinik, yang banyak pasiennya. Namun, 'rapid test' juga untuk beberapa kasus, misalnya keluarga PDP,” ujarnya.
Baca juga: Update COVID-19: 5.136 pasien positif dan 446 orang sembuh di Indonesia
Pelaksanaan tes tahap pertama untuk kalangan tersebut berlangsung di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tipe B Budi Rahayu Kota Magelang di Magelang, Rabu.
Direktur RSUD Budi Rahayu Kota Magelang Ari Melianti mengatakan tenaga medis sebagai kelompok masyarakat yang diprioritaskan menjalani tes cepat itu karena mereka setiap hari berhadapan secara langsung dengan pasien, baik yang berstatus OTG (Orang Tanpa Gejala), ODP (Orang Dalam Pengawasan), maupun PDP (Pasien Dalam Pengawasan).
"Masing-masing puskemas 12 orang. Mereka adalah yang sehari-hari berkontak dengan PDP, ODP, maupun OTG," kata dia dalam keterangan tertulis Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkot Magelang.
Ia menjelaskan tentang cara kerja tes cepat, antara lain dengan mengambil sampel darah, kemudian diteteskan pada alat, lalu akan keluar hasilnya.
Guna memastikan seseorang terpapar COVID-19 atau tidak, kata dia, minimal mereka harus melaksanakan tes dua kali.
Baca juga: Pasien positif COVID-19 di Kudus bertambah, jadi 8 orang
Ia mengatakan jika hasil tes awal menunjukkan negatif dan tidak bergejala, biasanya tidak perlu tes lagi.
Akan tetapi, katanya, kalau hasilnya positif akan dirujuk ke RSU Tidar Kota Magelang untuk tes swab nasofaring atau polymerase chain reaction (PCR), yang secara spesifik lebih dapat memastikan apakah seseorang benar-benar terinfeksi virus atau tidak.
“Kemudian kalau hasilnya negatif tapi ada gejala, maka bisa diulang. Biasanya 'rapid test' (tes cepat) tidak selalu positif, karena setelah 6-7 hari terinfeksi, gejala mulai muncul, baru memperlihatkan tanda positif,” kata dia.
Pihaknya juga melakukan tes serupa bagi tiga ODP yang dirawat di rumah sakit tersebut. Ketiga ODP tersebut, warga Kota Magelang.
Ia mengakui hingga saat ini pihaknya masih terkendala kurangnya jumlah alat tes cepat COVID-19.
Baca juga: Gugus Tugas kembali tekankan isolasi diri, jumlah ODP meningkat
Awal April 2020, pihaknya menerima 100 alat tes dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Semarang, sedangkan jumlah tenaga medis 60 orang, di mana mereka harus melakukan dua kali tes.
Terkait dengan sarana prasarana RSUD Budi Rahayu untuk penanganan pasien COVID-19, dia menjelaskan rumah sakit itu memiliki 18 kamar dengan 26 tempat tidur.
Sebanyak sembilan di antara 18 kamar itu, untuk ruang isolasi pasien COVID-19 dengan jumlah 18 tempat tidur.
“Kamar tersebut dipakai untuk isolasi mandiri ODP, semacam 'shelter'. Jika rumah atau tempat tinggal ODP tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri misalnya rumahnya sempit. Kami yang menawarkan ke mereka ketika kami lakukan 'tracing' (penelusuran),” katanya.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kota Magelang dr Sri Harso mengatakan tes cepat diutamakan bagi tenaga kesehatan karena mereka berkontak langsung dengan pasien, baik pasien umum maupun ODP, PDP, dan OTG.
“Jadi kita utamakan nakes (tenaga kesehatan) yang ada di puskesmas, UGD (Unit Gawat Darurat), poliklinik, yang banyak pasiennya. Namun, 'rapid test' juga untuk beberapa kasus, misalnya keluarga PDP,” ujarnya.
Baca juga: Update COVID-19: 5.136 pasien positif dan 446 orang sembuh di Indonesia