Awak Trans Semarang diberi pelatihan pemadaman kebakaran
Semarang (ANTARA) - Puluhan awak moda transportasi massal Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang, baik sopir maupun petugas tiket, diberi pelatihan pemadaman kebakaran oleh Dinas Pemadaman Kebakaran Kota Semarang.
Kepala Badan Layanan Umum (BLU) Trans Semarang Haris Setyo Yunanto di Semarang, Kamis, mengatakan bahwa pelatihan tersebut merupakan upaya tindak lanjut insiden kebakaran armada pada Rabu (13/11).
Ia mengatakan kebakaran armada Trans Semarang koridor 8 di Cepoko, Gunungpati, itu merupakan kejadian pertama dan diharapkan menjadi kejadian yang terakhir.
Pelatihan pemadaman kebakaran berlangsung di Pool Trans Semarang koridor 8, Mijen, Semarang, diikuti sangat antusias oleh para awak Trans Semarang.
Diakuinya, biasanya orang akan panik ketika melihat api yang cukup besar mulai membakar, sebab mereka belum memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memitigasi dan memadamkannya.
"Dengan pelatihan ini, kami harapkan teman-teman tahu dulu ilmu dasarnya. Jadi, misalnya ketika menemui percikan api tidak lari, tetapi tahu bagaimana mengatasinya," katanya.
Untuk peserta pelatihan, kata dia, adalah para awak Trans Semarang dari koridor 4 dan 8 sejumlah 80 orang yang kebetulan operasional rutenya ditangani oleh operator yang sama.
"Peserta kebetulan ada dua kategori, yakni pramudi (sopir) dan PTA (petugas tiket armada). Bagaimanapun juga, 'driver' dan PTA ini satu paket kerja di dalam satu armada," katanya.
Haris mengatakan bahwa pelatihan itu merupakan tahap pertama dan rencananya akan dilakukan pelatihan serupa di koridor-koridor yang lain.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Damkar Kota Semarang Ade Bhakti mengatakan bahwa pelatihan pemadaman sangat diperlukan untuk memberikan bekal kemampuan memitigasi meluasnya kebakaran.
"Karena itu tadi yang saya sampaikan, kalau lihat api yang pertama itu pasti lari. Padahal, api itu mestinya di menit-menit awal atau sebelum tiga menit biasanya masih bisa dijangkau (diatasi, red.), kecuali ada ledakan," katanya.
Karena itu, kata dia, sopir, kondektur, dan petugas Trans Semarang perlu mendapatkan pemahaman bagaimana mengatasi kebakaran, misalnya pada kendaraan atau di bengkel yang rawan terbakar.
"Dengan pelatihan ini, saya berharap kawan-kawan ini paham bahwa api itu bisa di-'handle', kalau masih di bawah kalau tiga menit. Paham apa yang harus dilakukan. Harapan kami ini dilakukan di semua koridor ya," katanya.
Kepala Badan Layanan Umum (BLU) Trans Semarang Haris Setyo Yunanto di Semarang, Kamis, mengatakan bahwa pelatihan tersebut merupakan upaya tindak lanjut insiden kebakaran armada pada Rabu (13/11).
Ia mengatakan kebakaran armada Trans Semarang koridor 8 di Cepoko, Gunungpati, itu merupakan kejadian pertama dan diharapkan menjadi kejadian yang terakhir.
Pelatihan pemadaman kebakaran berlangsung di Pool Trans Semarang koridor 8, Mijen, Semarang, diikuti sangat antusias oleh para awak Trans Semarang.
Diakuinya, biasanya orang akan panik ketika melihat api yang cukup besar mulai membakar, sebab mereka belum memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memitigasi dan memadamkannya.
"Dengan pelatihan ini, kami harapkan teman-teman tahu dulu ilmu dasarnya. Jadi, misalnya ketika menemui percikan api tidak lari, tetapi tahu bagaimana mengatasinya," katanya.
Untuk peserta pelatihan, kata dia, adalah para awak Trans Semarang dari koridor 4 dan 8 sejumlah 80 orang yang kebetulan operasional rutenya ditangani oleh operator yang sama.
"Peserta kebetulan ada dua kategori, yakni pramudi (sopir) dan PTA (petugas tiket armada). Bagaimanapun juga, 'driver' dan PTA ini satu paket kerja di dalam satu armada," katanya.
Haris mengatakan bahwa pelatihan itu merupakan tahap pertama dan rencananya akan dilakukan pelatihan serupa di koridor-koridor yang lain.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Damkar Kota Semarang Ade Bhakti mengatakan bahwa pelatihan pemadaman sangat diperlukan untuk memberikan bekal kemampuan memitigasi meluasnya kebakaran.
"Karena itu tadi yang saya sampaikan, kalau lihat api yang pertama itu pasti lari. Padahal, api itu mestinya di menit-menit awal atau sebelum tiga menit biasanya masih bisa dijangkau (diatasi, red.), kecuali ada ledakan," katanya.
Karena itu, kata dia, sopir, kondektur, dan petugas Trans Semarang perlu mendapatkan pemahaman bagaimana mengatasi kebakaran, misalnya pada kendaraan atau di bengkel yang rawan terbakar.
"Dengan pelatihan ini, saya berharap kawan-kawan ini paham bahwa api itu bisa di-'handle', kalau masih di bawah kalau tiga menit. Paham apa yang harus dilakukan. Harapan kami ini dilakukan di semua koridor ya," katanya.