Magelang (ANTARA) - Angka pengangguran dan kemiskinan di Kota Magelang, Jawa Tengah, dalam 9 tahun terakhir terus turun, kata Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito.
"Pada saat saya menjabat, angka penganggurannya delapan koma sekian persen, sekarang empat koma sekian persen. Angka kemiskinan dari 15 persen menjadi 7 persen. Insyaallah saya mengakhiri masa jabatan bisa turun lagi," katanya di Magelang, Senin.
Ia menyampaikan hal tersebut usai pengarahan umum Refleksi 9 tahun Kepemimpinannya, di Gedung Wiworo Wiji Pinilih Magelang, yang dihadiri seluruh pimpinan OPD, pejabat tinggi, ASN dan anggota DPRD Kota Magelang.
Sigit menyampaikan refleksi ini merupakan progres laporan selama 9 tahun memimpin Kota Magelang. Apa yang dicapai, kemudian disampaikan keberhasilan, dan prestasi yang dinilai membanggakan.
Baca juga: BLK Kota Magelang gelar pelatihan keterampilan untuk 64 peserta
Meskipun begitu, Sigit mengakui ada beberapa hal yang masih belum tercapai.
"Masih banyak PR kita untuk mengentaskan kemiskinan, memajukan kota, kesejahteraan rakyat maupun lainnya," katanya.
Ia mengajak para unsur pimpinan untuk berpikir visioner, berpikir maju mengelola kota, tidak hanya Wali Kota dan Wakil Wali Kota saja.
Dalam pengarahannya Sigit menyampaikan dari segi fisik ada beberapa capaian strategis yang dirasakan masyarakat selama ini, antara lain pembangunan kembali Pasar Rejowinangun, Universitas Tidar berhasil menjadi universitas negeri, penataan pedagang kaki lima (PKL), khususnya kuliner, penataan taman kota, status Gunung Tidar menjadi kebun raya.
Kemudian, pembangunan kawasan strategis, yakni kawasan sentra ekonomi Lembah Tidar, kawasan Gelora Sanden, kawasan Alun-alun dan Taman Kyai Langgeng.
Menurut Kepala Bappeda Kota Magelang Joko Soeparno, sesuai dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), pembangunan Kota Magelang sebagai kota jasa ada tiga bidang jasa, yakni pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
Baca juga: Sosialisasi penyusunan HPS tingkatkan SDM pengadaan barang jasa
Menurut dia tidak hanya aspek fisik saja, namun juga non fisik yang capaiannya menggembirakan dan sesuai target. Aspek non fisik ini bisa diamati melalui indikator makro daerah.
"Indikator ini bisa dilihat misalnya pada pertumbuhan ekonomi Kota Magelang yang terus meningkat, yakni tahun 2018 sebesar 5,59 persen dari 5,42 persen (2017) dan 5,18 persen (2016)," katanya.
Kemudian produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita Kota Magelang 2018 Rp67,2 juta per kapita dari sekitar Rp62 juta pada 2017. Angka kemiskinan Kota Magelang pun menunjukkan penurunan yakni 7,46 persen (2019).
Adapun indeks pembangunan manusia tahun 2018 tercatat sebesar 78,31, tingkat pengangguran terbuka sebesar 4,43 persen. Di sisi lain, inflasi bisa terkendali pada angka di bawah 3 persen.
"Kondusifitas wilayah secara umum juga terjaga," katanya.
Baca juga: Wali kota: Jangan berlebihan tanggapi virus corona
Selain itu, gejolak dari masyarakat, hubungan eksekutif dan legislatif juga bisa terjaga keharmonisannya. Selama ini Kota Magelang juga tidak mengalami bencana yang berakibat fatal.
Perhatian pada aspek pendidikan dan kesehatan juga menjadi prioritas, terutama di periode kedua dengan adanya program pendidikan gratis dan pemberian layanan kesehatan bagi masyarakat serta kesejahteraan ASN juga selalu menjadi prioritas. (hms).