Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, akan meninjau ulang tawaran kerja sama pengembangan Taman Bojana sebagai pusat kuliner di Kudus karena tawaran investasi sistem pinjam pakai aset lahan daerah (bulid operate and transfer/BOT) belum ada peminatnya.
"Dengan aturan yang baru, model BOT dianggap oleh investor tidak menguntungkan. Hal itu, dimungkinkan menjadi kendala belum adanya investor yang berminat mengembangkan Taman Bojana menjadi pusat kuliner yang lebih modern," kata Kepala Badan Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kudus Eko Djumartono di Kudus, Jumat.
Berdasarkan aturan yang baru, skema BOT mewajibkan investor berkontribusi terhadap daerah untuk setiap tahunnya serta menyediakan lahan 10 persen untuk pemda setempat.
Hal itu, lanjut dia, hampir sama dengan model sewa sehingga akan ditinjau kembali model kerja samanya agar ada investor yang berminat mengembangkan Taman Bojana.
Baca juga: Pembangunan Taman Bojana Kudus Mulai Dilelang
Menurut dia, model kerja sama yang bisa menarik investor dengan sewa, seperti halnya kerja sama dengan Hypermart.
"Untuk keputusannya tentu menunggu hasil rapat bersama nanti. Karena model BOT hingga kini belum juga ada peminatnya, meskipun sudah dibuatkan detail engineering design (DED) atau bestek gambar kerja detail," ujarnya.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, kebutuhan investasi sesuai dengan DED untuk membangunn gedung berlantai empat berkisar Rp78 miliar.
Sementara hasil penilaian dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), disebutkan nilai wajar objek bangun guna serah Taman Bojana dengan luas 3.300 meter persegi tersebut mencapai Rp27,273 miliar.
Adapun besaran persentase tahunan yang dinilai oleh oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJJP) Anas Karim Rivai dan rekan, disebutkan sebesar 0,55 persen.
Nantinya, Pemkab Kudus juga akan mendapatkan bagian 10 persen dari fisik BGS Taman Bojana untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok pemerintahan.
Baca juga: Pemkab Tawarkan Pembangunan Taman Bojana
Kondisi Taman Bojana saat ini yang dibangun tahun 1996 itu, dinilai perlu perbaikan karena usia bangunan yang cukup tua.
Pembangunan gedung berlantai tersebut, mempertimbangkan sempitnya ketersediaan lahan parkir di wilayah perkotaan.
Meskipun desainnya direncanakan berlantai, prioritas tetap digunakan untuk usaha kuliner, karena selama ini keberadaan Taman Bojana tersebut memang untuk memberikan kesempatan kepada pelaku usaha kuliner khas Kudus.
Selain untuk kuliner dan toko elektronik, gedung berlantai tersebut juga akan tersedia tempat penginapan dan parkir yang memadai.
Dari luas lahan Taman Bojana sekitar 3.300 meter persegi tersebut, saat ini terdapat 129 kios yang ditempati para pedagang kuliner maupun alat telekomunikasi, kosmetik, kaos, serta cenderamata.
Baca juga: Kudus segera tawarkan pusat kuliner Taman Boja ke investor
Baca juga: 2017, Pembangunan Taman Bojana Kudus