Soal PLTU Batang, HNSI: Nelayan jangan terprovokasi
Batang (ANTARA) - Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengingatkan nelayan Roban untuk tidak terprovokasi masalah pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2X1.000 megawatt (MW) oleh kelompok maupun orang yang tidak bertanggung jawab.
Ketua HNSI Batang Teguh Tarmujo di Batang, senin, mengatakan bahwa untuk menghindari kesalahan informasi yang berkembang, para nelayan diberikan peluang berkunjung dan mendapat keterangan dari pimpinan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) selaku pengembang proyek ketenagalistrikan terbesar se-Asia Tenggara itu.
"Setelah para nelayan berkunjung ke lokasi PLTU diharapkan bisa mengerti kondisi dan keadaan sebenarnya karena selama ini mereka hanya menerima informasi sepihak dari kelompok maupun orang yang tidak bertanggung jawab," katanya.
Menurut dia, program kunjungan ini sangat bermanfaat bagi semua belah pihak, baik PT BPI, masyarakat desa terdampak maupun nelayan Roban Barat dan Roban Timur.
"Kunjungan ke lokasi proyek PLTU tersebut sekaligus sebagai upaya mensinergikan dan menyeimbangkan informasi yang beredar untuk mengantisipasi gejolak di masyarakat," katanya.
Baca juga: PLTU Batang uji coba operasional akhir 2019
Nelayan Roban Bambang Wagino mengatakan para nelayan merasa puas dan senang dapat berkunjung ke lokasi PLTU karena mereka bisa melihat nyata proses pembangunan PLTU serta mendapatkan informasi secara langsung dan akurat dari pemrakarsa pembangunan PLTU.
"Kami senang bisa melihat PLTU langsung dan dijelaskan dari narasumbernya serta berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh masyarakat. Setelah melihat secara langsung proses pembangunan dan mendapatkan informasi yang akurat dari pemilik PLTU bahwa PT BPI komitmen terhadap pengelolaan lingkungan," katanya.
General Manager External Relation PT BPI Ary Wibowo menjelaskan PLTU Batang berkapasitas 2 x 1.000 MW ini menggunakan teknologi tinggi ramah lingkungan yaitu ultra super critical (USC) yang sistem pengolahan gas buangnya dapat meminimalkan gas emisi/dispersi sehingga ramah lingkungan.
"Hal terpenting lagi, adalah keterlibatan masyarakat dalam menjaga kondisi sosial. Keterbukaan informasi dan kemudahan akses informasi selalu kami coba berikan kepada masyarakat lokal dan pemerintah melalui kegiatan sosialisi seperti sosialisasi kepada para nelayan setempat," katanya.
Baca juga: Puluhan Warga Blokir Jalan Menuju PLTU Batang
Ketua HNSI Batang Teguh Tarmujo di Batang, senin, mengatakan bahwa untuk menghindari kesalahan informasi yang berkembang, para nelayan diberikan peluang berkunjung dan mendapat keterangan dari pimpinan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) selaku pengembang proyek ketenagalistrikan terbesar se-Asia Tenggara itu.
"Setelah para nelayan berkunjung ke lokasi PLTU diharapkan bisa mengerti kondisi dan keadaan sebenarnya karena selama ini mereka hanya menerima informasi sepihak dari kelompok maupun orang yang tidak bertanggung jawab," katanya.
Menurut dia, program kunjungan ini sangat bermanfaat bagi semua belah pihak, baik PT BPI, masyarakat desa terdampak maupun nelayan Roban Barat dan Roban Timur.
"Kunjungan ke lokasi proyek PLTU tersebut sekaligus sebagai upaya mensinergikan dan menyeimbangkan informasi yang beredar untuk mengantisipasi gejolak di masyarakat," katanya.
Baca juga: PLTU Batang uji coba operasional akhir 2019
Nelayan Roban Bambang Wagino mengatakan para nelayan merasa puas dan senang dapat berkunjung ke lokasi PLTU karena mereka bisa melihat nyata proses pembangunan PLTU serta mendapatkan informasi secara langsung dan akurat dari pemrakarsa pembangunan PLTU.
"Kami senang bisa melihat PLTU langsung dan dijelaskan dari narasumbernya serta berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh masyarakat. Setelah melihat secara langsung proses pembangunan dan mendapatkan informasi yang akurat dari pemilik PLTU bahwa PT BPI komitmen terhadap pengelolaan lingkungan," katanya.
General Manager External Relation PT BPI Ary Wibowo menjelaskan PLTU Batang berkapasitas 2 x 1.000 MW ini menggunakan teknologi tinggi ramah lingkungan yaitu ultra super critical (USC) yang sistem pengolahan gas buangnya dapat meminimalkan gas emisi/dispersi sehingga ramah lingkungan.
"Hal terpenting lagi, adalah keterlibatan masyarakat dalam menjaga kondisi sosial. Keterbukaan informasi dan kemudahan akses informasi selalu kami coba berikan kepada masyarakat lokal dan pemerintah melalui kegiatan sosialisi seperti sosialisasi kepada para nelayan setempat," katanya.
Baca juga: Puluhan Warga Blokir Jalan Menuju PLTU Batang