BI Luncurkan Program Elektronifikasi Transaksi Pemkab Kudus
Kudus, Antara Jateng - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah meluncurkan program elektronifikasi transaksi Pemerintah Kabupaten Kudus untuk meningkatkan transaksi nontunai di masyarakat.
"Untuk diketahui, BI adalah otoritas pengawas sistem pembayaran baik itu tunai maupun nontunai, ternyata transaksi ritel di Indonesia 99,4 persen masih dilakukan dengan tunai. Padahal kita tahu ini tidak efisien karena biaya cetak mahal," kata Kepala BI Kanwil Jawa Tengah Iskandar Simorangkir pada peluncuran program elektronifikasi transaksi Pemkab Kudus di Pasar Kliwon Kudus, Kamis.
Dikatakan, berbeda dengan Indonesia, di negara maju transaksi nontunai relatif tinggi. Bahkan di beberapa negara, penggunaan transaksi tunai tidak lebih dari 10 persen.
Menurut dia, tingginya penggunaan nontunai karena transaksi tunai berdampak pada ketidakefisienan. Salah satu yang memakan banyak biaya adalah cetak uang untuk fitur keamanan.
"Biaya cetak mahal karena berbagai benang ditanam untuk pembuatan uang kertas, tujuannya agar tidak bisa ditiru oleh pihak lain sehingga akhirnya ini berdampak pada ketidakefisienan," katanya.
Di sisi lain, penggunaan transaksi nontunai juga akan mengurangi jumlah uang menganggur. Pihaknya menyatakan, uang menganggur atau disimpan dalam bentuk tunai akan berdampak bagi ekonomi.
"Karena seharusnya ketika uang ini disimpan di bank bisa diputar untuk kegiatan ekonomi. Untuk diketahui, setiap peningkatan transaksi nontunai sebesar 10 persen akan meningkatkan transaksi ekonomi di suatu negara sebesar 0,5 persen. Melihat manfaat ini kami ingin mendorong Pemkab untuk memasyarakatkan transaksi nontunai," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Kudus Musthofa mengatakan, program ini adalah salah satu upaya BI untuk mempermudah transaksi.
"Program ini mempermudah kita untuk bertransaksi. Tidak lagi repot ketika akan bertransaksi. Di sini kami bekerja sama dengan perbankan, salah satunya BRI yang ditunjuk di sini yaitu yang berada di RS dr Lukmono Hadi," katanya.
Dikatakan, dengan kemudahan ini para pedagang tidak perlu selalu membawa uang secara tunai.
"Di Pasar Kliwon ini banyak pedagang besar dengan transaksi miliaran, daripada tidak aman di jalan lebih baik pakai nontunai. Diawali retribusi nanti dilanjutkan transaksi antar pedagang. Harus terus sosialisasi, kalau tidak biasa akan aneh tetapi kalau sudah biasa jangan ditinggal," katanya.
"Untuk diketahui, BI adalah otoritas pengawas sistem pembayaran baik itu tunai maupun nontunai, ternyata transaksi ritel di Indonesia 99,4 persen masih dilakukan dengan tunai. Padahal kita tahu ini tidak efisien karena biaya cetak mahal," kata Kepala BI Kanwil Jawa Tengah Iskandar Simorangkir pada peluncuran program elektronifikasi transaksi Pemkab Kudus di Pasar Kliwon Kudus, Kamis.
Dikatakan, berbeda dengan Indonesia, di negara maju transaksi nontunai relatif tinggi. Bahkan di beberapa negara, penggunaan transaksi tunai tidak lebih dari 10 persen.
Menurut dia, tingginya penggunaan nontunai karena transaksi tunai berdampak pada ketidakefisienan. Salah satu yang memakan banyak biaya adalah cetak uang untuk fitur keamanan.
"Biaya cetak mahal karena berbagai benang ditanam untuk pembuatan uang kertas, tujuannya agar tidak bisa ditiru oleh pihak lain sehingga akhirnya ini berdampak pada ketidakefisienan," katanya.
Di sisi lain, penggunaan transaksi nontunai juga akan mengurangi jumlah uang menganggur. Pihaknya menyatakan, uang menganggur atau disimpan dalam bentuk tunai akan berdampak bagi ekonomi.
"Karena seharusnya ketika uang ini disimpan di bank bisa diputar untuk kegiatan ekonomi. Untuk diketahui, setiap peningkatan transaksi nontunai sebesar 10 persen akan meningkatkan transaksi ekonomi di suatu negara sebesar 0,5 persen. Melihat manfaat ini kami ingin mendorong Pemkab untuk memasyarakatkan transaksi nontunai," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Kudus Musthofa mengatakan, program ini adalah salah satu upaya BI untuk mempermudah transaksi.
"Program ini mempermudah kita untuk bertransaksi. Tidak lagi repot ketika akan bertransaksi. Di sini kami bekerja sama dengan perbankan, salah satunya BRI yang ditunjuk di sini yaitu yang berada di RS dr Lukmono Hadi," katanya.
Dikatakan, dengan kemudahan ini para pedagang tidak perlu selalu membawa uang secara tunai.
"Di Pasar Kliwon ini banyak pedagang besar dengan transaksi miliaran, daripada tidak aman di jalan lebih baik pakai nontunai. Diawali retribusi nanti dilanjutkan transaksi antar pedagang. Harus terus sosialisasi, kalau tidak biasa akan aneh tetapi kalau sudah biasa jangan ditinggal," katanya.