"PGI mengajar warga untuk merendahkan diri di hadapan Allah dan membuka diri untuk menerima karya pendamaian Allah. Hal ini dapat diwujudkan dengan memperbaiki relasi-relasi yang telah rusak, baik relasi dengan sesama maupun dengan lingkungan," kata Sekretaris Jenderal PGI Gomar Gultom dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut Gomar, Tema Paskah PGI 2016 "Kristus Bangkit: Berilah Dirimu Diperdamaikan" sangat relevan dengan pergumulan gereja-gereja di Indonesia yang sedang mengalami keprihatinan.
"Salah satu keprihatinan utama adalah konflik yang semakin merebak di tengah masyarakat. Cukup banyak orang yang berjuang keras mengusahakan kepentingan dan kenyamanan pribadi atau kelompoknya, dengan mengabaikan kepentingan orang lain dan acap mengeksploitasi alam tanpa batas," ujar Gomar.
Realitas tersebut berpotensi merusak damai sejahtera dalam masyarakat.
"Pasang-surut relasi kehidupan beragama di Indonesia, juga menunjukkan bahwa ada kecenderungan dan keengganan untuk mendengarkan dan memahami berbagai kelompok yang hidup dalam masyarakat," kata Gomar pula.
Apalagi gaya hidup yang semakin konsumtif tidak jarang menjauhkan manusia yang satu dari yang lain dan menyakiti bumi, misalnya dalam bentuk membuang sampah sembarangan dan mengeksploitasi hutan, tanah, dan air tanpa batas.
"Melalui Paskah, pemulihan relasi dengan Allah yang rusak oleh dosa manusia menjadi pengharapan dan kekuatan baru bagi kita untuk memulihkan relasi kita dengan sesama dan dengan alam semesta. Dengan demikian, damai sejahtera dapat dirasakan oleh seluruh ciptaan," ujar Gomar lagi.
Gereja yang merupakan kumpulan umat Allah pun diminta menjadi persekutuan yang saling mendengar, saling mengampuni dan saling menyembuhkan agar mampu memenuhi panggilannya secara optimal sebagai pelayan pendamaian di tengah masyarakat.
"Gereja harus berperan aktif sebagai pelayan pendamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan mendukung upaya-upaya penegakan kebenaran, hukum dan keadilan serta mendorong diwujudkan Revolusi Mental di kalangan seluruh warga bangsa," ujar Gomar.
Terakhir Gereja diharapkan mengembangkan sikap hidup saling menghargai di tengah konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, sehingga dialog yang jujur dan terbuka dapat mendukung tercapai kerukunan antarkelompok yang berbeda.