BI: Permintaan domestik dorong pertumbuhan ekonomi Jateng
Semarang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa permintaan domestik yang kuat mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut pada triwulan pertama 2024.
Pelaksana Harian Kepala Perwakilan BI Jateng Nita Rachmenia, di Semarang, Selasa, menjelaskan permintaan domestik memang meningkat seiring momentum hari besar keagamaan nasional.
Dari sisi pengeluaran, kata dia, perekonomian Jateng yang kuat ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi, yang ditunjukkan dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,14 persen (year on year).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar itu memberikan andil sebesar 3,02 persen, didorong oleh peningkatan permintaan pada momentum Ramadhan dan persiapan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.
Investasi di Jawa Tengah juga masih kuat, kata Nita, sejalan dengan percepatan pembangunan proyek strategis nasional (PSN), dengan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 7,53 persen (yoy) pada triwulan I 2024, meningkat dibandingkan periode sebelumnya (4,02 persen).
Kinerja positif tersebut sejalan dengan proses pembangunan PSN dan proyek swasta di Jawa Tengah yang ditargetkan selesai pada 2024, seperti Bendungan Jlantah, Jalan Tol Jogja-Bawen, dan pengembangan fase 2 Kawasan Industri Terpadu Batang.
Peningkatan konsumsi domestik juga didukung oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 15,56 persen, lebih tinggi dibanding triwulan lalu (-2,35 persen) didukung kenaikan belanja pegawai, terutama pencairan THR menjelang Idul Fitri, serta peningkatan pengeluaran pemerintah pada momentum Pemilu 2024.
Kinerja ekspor Jateng membaik, lanjut dia, dengan tumbuh sebesar 5,84 persen (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (4,74 persen), didorong ekspor nonmigas yang tumbuh 8,89 persen (yoy), membaik dibanding triwulan lalu (-1,06 persen).
Nita menjelaskan bahwa dari sisi Lapangan Usaha (LU) pertumbuhan ekonomi Jateng yang tetap kuat terutama didorong oleh lapangan usaha (LU) industri pengolahan dan LU konstruksi.
Sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 8,52 persen (yoy), seiring penurunan produksi tanaman pangan, terutama padi, disebabkan pergeseran puncak masa panen padi menjadi Maret-April pada 2024, dari sebelumnya Februari-Maret pada 2023, serta bencana banjir di beberapa daerah sentra padi.
Ke depan, ia memperkirakan ekonomi Jateng tetap kuat dengan didukung permintaan domestik meski berada di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global.
Pertumbuhan, kata dia, akan bersumber dari konsumsi rumah tangga serta lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT), sebagai dampak positif penyelenggaraan pilkada serentak pada 2024.
Selain itu, terdapat beberapa faktor pendorong lain, seperti kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024, serta stimulus fiskal dan makroprudensial yang masih berlanjut.
Menurut dia, kinerja investasi dan konstruksi Jateng juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan percepatan pembangunan PSN yang ditargetkan akan selesai pada 2024.
Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jateng yang berkesinambungan, kata dia, diperlukan langkah-langkah lebih strategis dan sinergi kebijakan antara pemda dan BI, serta keterlibatan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif.
Baca juga: BI Jateng: Penurunan harga komoditas pangan kurangi tekanan inflasi
Pelaksana Harian Kepala Perwakilan BI Jateng Nita Rachmenia, di Semarang, Selasa, menjelaskan permintaan domestik memang meningkat seiring momentum hari besar keagamaan nasional.
Dari sisi pengeluaran, kata dia, perekonomian Jateng yang kuat ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi, yang ditunjukkan dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,14 persen (year on year).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar itu memberikan andil sebesar 3,02 persen, didorong oleh peningkatan permintaan pada momentum Ramadhan dan persiapan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.
Investasi di Jawa Tengah juga masih kuat, kata Nita, sejalan dengan percepatan pembangunan proyek strategis nasional (PSN), dengan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 7,53 persen (yoy) pada triwulan I 2024, meningkat dibandingkan periode sebelumnya (4,02 persen).
Kinerja positif tersebut sejalan dengan proses pembangunan PSN dan proyek swasta di Jawa Tengah yang ditargetkan selesai pada 2024, seperti Bendungan Jlantah, Jalan Tol Jogja-Bawen, dan pengembangan fase 2 Kawasan Industri Terpadu Batang.
Peningkatan konsumsi domestik juga didukung oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 15,56 persen, lebih tinggi dibanding triwulan lalu (-2,35 persen) didukung kenaikan belanja pegawai, terutama pencairan THR menjelang Idul Fitri, serta peningkatan pengeluaran pemerintah pada momentum Pemilu 2024.
Kinerja ekspor Jateng membaik, lanjut dia, dengan tumbuh sebesar 5,84 persen (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (4,74 persen), didorong ekspor nonmigas yang tumbuh 8,89 persen (yoy), membaik dibanding triwulan lalu (-1,06 persen).
Nita menjelaskan bahwa dari sisi Lapangan Usaha (LU) pertumbuhan ekonomi Jateng yang tetap kuat terutama didorong oleh lapangan usaha (LU) industri pengolahan dan LU konstruksi.
Sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 8,52 persen (yoy), seiring penurunan produksi tanaman pangan, terutama padi, disebabkan pergeseran puncak masa panen padi menjadi Maret-April pada 2024, dari sebelumnya Februari-Maret pada 2023, serta bencana banjir di beberapa daerah sentra padi.
Ke depan, ia memperkirakan ekonomi Jateng tetap kuat dengan didukung permintaan domestik meski berada di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global.
Pertumbuhan, kata dia, akan bersumber dari konsumsi rumah tangga serta lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT), sebagai dampak positif penyelenggaraan pilkada serentak pada 2024.
Selain itu, terdapat beberapa faktor pendorong lain, seperti kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024, serta stimulus fiskal dan makroprudensial yang masih berlanjut.
Menurut dia, kinerja investasi dan konstruksi Jateng juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan percepatan pembangunan PSN yang ditargetkan akan selesai pada 2024.
Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jateng yang berkesinambungan, kata dia, diperlukan langkah-langkah lebih strategis dan sinergi kebijakan antara pemda dan BI, serta keterlibatan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif.
Baca juga: BI Jateng: Penurunan harga komoditas pangan kurangi tekanan inflasi