Bulog Banyumas lanjutkan kegiatan SPHP kendalikan harga beras
Purwokerto (ANTARA) - Perum Bulog Cabang Banyumas melanjutkan kegiatan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk mengendalikan gejolak kenaikan harga beras di wilayah eks Keresidenan Banyumas, Jawa Tengah.
"Berdasarkan hasil evaluasi, kegiatan SPHP yang telah kami laksanakan sejak Senin (28/8) pekan lalu akan terus berlanjut," kata Pimpinan Cabang Perum Bulog Banyumas Rasiwan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu siang.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena pergerakan kenaikan harga beras di pasar tradisional masih terus berlanjut dan permintaan konsumen terhadap beras juga masih cukup tinggi.
Ia mengakui sejak 1 September 2023 telah dilakukan penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) terhadap beras yang dijual Bulog melalui kegiatan SPHP.
Dalam hal ini, penyesuaian harga jual beras SPHP tersebut mengacu pada Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras, serta Perbadan Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras.
Dengan demikian, lanjut dia, harga beras SPHP di gudang Bulog disesuaikan dari sebelumnya Rp8.300 per kilogram menjadi Rp9.950/kg, sedangkan di tingkat konsumen sesuai dengan HET sebesar Rp10.900/kg.
"Walaupun HET beras SPHP disesuaikan, animo masyarakat tetap tinggi karena harganya masih sangat terjangkau dibandingkan dengan harga beras kualitas medium di pasaran yang saat ini telah mencapai kisaran Rp12.500-Rp13.000/kg," jelasnya.
Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap beras sangat tinggi karena secara kebetulan masa panen di sejumlah wilayah eks Keresidenan Banyumas telah habis.
Oleh karena itu, kata dia, kegiatan SPHP di wilayah eks Keresidenan Banyumas terus berlanjut untuk mengawal ketersediaan beras bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau.
"Penyaluran beras SPHP untuk masing-masing pasar tetap di posisi 4 ton per minggu, kalau untuk kiosnya masing-masing 2 ton per minggu," katanya.
Rasiwan mengharapkan kegiatan SPHP tersebut dapat mengendalikan gejolak kenaikan harga beras yang terus berlangsung di pasaran.
Dalam kesempatan terpisah, salah seorang pedagang beras di Pasar Manis Purwokerto, Agus Prianto mengakui animo masyarakat untuk membeli beras SPHP sangat tinggi.
Akan tetapi, kata dia, kegiatan SPHP tersebut belum terlalu membantu dalam pengendalian gejolak kenaikan harga beras di pasaran yang saat ini telah mencapai kisaran Rp13.000/kg untuk beras kualitas medium.
"Belum terlalu membantu, karena kurang banyak. Pedagang hanya dijatah 50-75 kg, dan itu langsung habis," tegasnya.
Kegiatan SPHP terhadap beras tersebut dilaksanakan Perum Bulog Cabang Banyumas dilaksanakan di 25 pasar tradisional se-eks Keresidenan Banyumas dengan melibatkan 128 pengecer.
Dalam hal ini, kegiatan SPHP di Kabupaten Banyumas berlangsung di sembilan pasar tradisional dengan melibatkan 69 pengecer, Cilacap digelar di tujuh pasar tradisional dengan melibatkan 25 pengecer, Purbalingga di empat pasar tradisional yang melibatkan 24 pengecer, dan Banjarnegara di lima pasar tradisional dengan melibatkan 10 pengecer.
Baca juga: Bulog Pekalongan siapkan 25 ribu ton beras bantuan pangan
"Berdasarkan hasil evaluasi, kegiatan SPHP yang telah kami laksanakan sejak Senin (28/8) pekan lalu akan terus berlanjut," kata Pimpinan Cabang Perum Bulog Banyumas Rasiwan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu siang.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena pergerakan kenaikan harga beras di pasar tradisional masih terus berlanjut dan permintaan konsumen terhadap beras juga masih cukup tinggi.
Ia mengakui sejak 1 September 2023 telah dilakukan penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) terhadap beras yang dijual Bulog melalui kegiatan SPHP.
Dalam hal ini, penyesuaian harga jual beras SPHP tersebut mengacu pada Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras, serta Perbadan Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras.
Dengan demikian, lanjut dia, harga beras SPHP di gudang Bulog disesuaikan dari sebelumnya Rp8.300 per kilogram menjadi Rp9.950/kg, sedangkan di tingkat konsumen sesuai dengan HET sebesar Rp10.900/kg.
"Walaupun HET beras SPHP disesuaikan, animo masyarakat tetap tinggi karena harganya masih sangat terjangkau dibandingkan dengan harga beras kualitas medium di pasaran yang saat ini telah mencapai kisaran Rp12.500-Rp13.000/kg," jelasnya.
Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap beras sangat tinggi karena secara kebetulan masa panen di sejumlah wilayah eks Keresidenan Banyumas telah habis.
Oleh karena itu, kata dia, kegiatan SPHP di wilayah eks Keresidenan Banyumas terus berlanjut untuk mengawal ketersediaan beras bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau.
"Penyaluran beras SPHP untuk masing-masing pasar tetap di posisi 4 ton per minggu, kalau untuk kiosnya masing-masing 2 ton per minggu," katanya.
Rasiwan mengharapkan kegiatan SPHP tersebut dapat mengendalikan gejolak kenaikan harga beras yang terus berlangsung di pasaran.
Dalam kesempatan terpisah, salah seorang pedagang beras di Pasar Manis Purwokerto, Agus Prianto mengakui animo masyarakat untuk membeli beras SPHP sangat tinggi.
Akan tetapi, kata dia, kegiatan SPHP tersebut belum terlalu membantu dalam pengendalian gejolak kenaikan harga beras di pasaran yang saat ini telah mencapai kisaran Rp13.000/kg untuk beras kualitas medium.
"Belum terlalu membantu, karena kurang banyak. Pedagang hanya dijatah 50-75 kg, dan itu langsung habis," tegasnya.
Kegiatan SPHP terhadap beras tersebut dilaksanakan Perum Bulog Cabang Banyumas dilaksanakan di 25 pasar tradisional se-eks Keresidenan Banyumas dengan melibatkan 128 pengecer.
Dalam hal ini, kegiatan SPHP di Kabupaten Banyumas berlangsung di sembilan pasar tradisional dengan melibatkan 69 pengecer, Cilacap digelar di tujuh pasar tradisional dengan melibatkan 25 pengecer, Purbalingga di empat pasar tradisional yang melibatkan 24 pengecer, dan Banjarnegara di lima pasar tradisional dengan melibatkan 10 pengecer.
Baca juga: Bulog Pekalongan siapkan 25 ribu ton beras bantuan pangan