MUI - Universitas Muria Kudus perkuat pemahaman Islam moderat
Kudus (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menggandeng Universitas Muria Kudus (UMK) dalam mengajak generasi muda meningkatkan pemahamannya terhadap Islam moderat guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Kerja sama ini juga dalam rangka memperkuat dan menjaga masyarakat agar terhindar dari paham radikalisme khususnya pada kalangan generasi muda," kata Ketua MUI Kabupaten Kudus Ahmad Hamdani Hasanuddin saat acara halaqah atau seminar MUI bertajuk "Implementasi Islam Moderat untuk Keutuhan dan Kemajuan NKRI" di ruang seminar lantai IV gedung Rektorat UMK di Kudus, Kamis.
Ia mengungkapkan, Kudus masih menjadi sorotan karena beberapa waktu lalu paham radikal masih muncul, meskipun memiliki predikat kota santri.
Untuk itu, MUI bersama UMK berkomitmen memangkas paham-paham tersebut sampai ke akar akarnya guna menjaga kerukunan antar umat beragama.
Halaqah MUI yang bertajuk "Implementasi Islam Moderat untuk Keutuhan dan Kemajuan NKRI" ini, untuk mengajak agar masyarakat selalu waspada terhadap paham radikal walaupun kondisi saat ini terhitung tenang dan kondusif.
Seminar ini, imbuh dia, dalam rangka membentengi generasi muda terhadap paham terorisme dan radikalisme.
Berdasarkan data yang diperoleh, kata dia, teroris yang sebelumnya sekolah di Kudus dengan sekolah moderat, ternyata setelah lulus masih bisa terpapar oleh paham radikalisme, sehingga semua pihak harus waspada.
Sholihul Hadi, pembicara lainnya menambahkan, hasil ijtima MUI sepakat bahwa Indonesia dan eksistensi NKRI dianggap sebagai wujud perjanjian kebangsaan atau "al mitsaq al wathaniy", serta berisi kesepakatan bersama "al muahadah al jamaaholeh" bangsa Indonesia.
Ia menjelaskan, Islam yang moderat adalah mereka yang belajar agama dengan tidak berlebihan namun juga jangan mengurangi. Sedangkan Islam yang lurus dan tolerans merupakan kunci bagi umat beragama yang baik.
Rektor UMK Darsono menyebutkan, masyarakat Indonesia harus berbahagia dan berbangga, walaupun negara mayoritas Islam namun kondisi sekarang ini masih sejuk dan teduh.
"Seminar ini dalam rangka menjaga harmoni kerukunan umat beragama khususnya wilayah Kudus raya agar tetap sejuk dan teduh," ujarnya.
UMK sebagai komponen masyarakat di dunia pendidikan berupaya mendukung kondusivitas dan kerukunan umat beragama khususnya di Kabupaten Kudus.
Momentum halaqah ini juga menjadi pertanda sebagai komitmen antara UMK dengan MUI yang telah sepakat menandatangani perjanjian nota kesepahaman (MoU) untuk terus bersinergi terciptanya masyarakat yang aman dan damai. ***3***
"Kerja sama ini juga dalam rangka memperkuat dan menjaga masyarakat agar terhindar dari paham radikalisme khususnya pada kalangan generasi muda," kata Ketua MUI Kabupaten Kudus Ahmad Hamdani Hasanuddin saat acara halaqah atau seminar MUI bertajuk "Implementasi Islam Moderat untuk Keutuhan dan Kemajuan NKRI" di ruang seminar lantai IV gedung Rektorat UMK di Kudus, Kamis.
Ia mengungkapkan, Kudus masih menjadi sorotan karena beberapa waktu lalu paham radikal masih muncul, meskipun memiliki predikat kota santri.
Untuk itu, MUI bersama UMK berkomitmen memangkas paham-paham tersebut sampai ke akar akarnya guna menjaga kerukunan antar umat beragama.
Halaqah MUI yang bertajuk "Implementasi Islam Moderat untuk Keutuhan dan Kemajuan NKRI" ini, untuk mengajak agar masyarakat selalu waspada terhadap paham radikal walaupun kondisi saat ini terhitung tenang dan kondusif.
Seminar ini, imbuh dia, dalam rangka membentengi generasi muda terhadap paham terorisme dan radikalisme.
Berdasarkan data yang diperoleh, kata dia, teroris yang sebelumnya sekolah di Kudus dengan sekolah moderat, ternyata setelah lulus masih bisa terpapar oleh paham radikalisme, sehingga semua pihak harus waspada.
Sholihul Hadi, pembicara lainnya menambahkan, hasil ijtima MUI sepakat bahwa Indonesia dan eksistensi NKRI dianggap sebagai wujud perjanjian kebangsaan atau "al mitsaq al wathaniy", serta berisi kesepakatan bersama "al muahadah al jamaaholeh" bangsa Indonesia.
Ia menjelaskan, Islam yang moderat adalah mereka yang belajar agama dengan tidak berlebihan namun juga jangan mengurangi. Sedangkan Islam yang lurus dan tolerans merupakan kunci bagi umat beragama yang baik.
Rektor UMK Darsono menyebutkan, masyarakat Indonesia harus berbahagia dan berbangga, walaupun negara mayoritas Islam namun kondisi sekarang ini masih sejuk dan teduh.
"Seminar ini dalam rangka menjaga harmoni kerukunan umat beragama khususnya wilayah Kudus raya agar tetap sejuk dan teduh," ujarnya.
UMK sebagai komponen masyarakat di dunia pendidikan berupaya mendukung kondusivitas dan kerukunan umat beragama khususnya di Kabupaten Kudus.
Momentum halaqah ini juga menjadi pertanda sebagai komitmen antara UMK dengan MUI yang telah sepakat menandatangani perjanjian nota kesepahaman (MoU) untuk terus bersinergi terciptanya masyarakat yang aman dan damai. ***3***