Siswa di Demak ikuti workshop implementasi sekolah bebas perundungan
Demak (ANTARA) - Sebanyak 80-an pelajar di Kabupaten Demak, Jawa tengah, mengikuti kegiatan "workshop" implementasi sekolah bebas perundungan (bullying) yang merupakan program sekolah pusat keunggulan yang digelar oleh SMK Negeri 1 Sayung Demak, Kamis.
Para siswa antusias mengikuti kegiatan karena menganggap bahwa program pencegahan perundungan di tingkat sekolah ini diharapkan akan membawa angin segar bagi kehidupan para siswa maupun personil lain di lingkungan sekolah.
Fasilitator Nasional Roots Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Kusfitria Marstyasih di Demak, mengungkapkan bahwa siswa juga penting menyuarakan kampanye anti perundungan.
Ia menganggap pemahaman serta pengetahuan tentang perundungan penting disampaikan di sekolah, sebab hanya karena ketidaktahuan, kadang yang bersangkutan tidak menyadari bahwa mereka sedang melakukan perilaku perundungan.
"Perundungan yang terus-menerus dilakukan dan tidak ada pengawasan dari orang-orang sekelilingnya, terutama di lingkungan sekolah dapat menjadi kebiasaan sehingga dapat mempengaruhi mental korban maupun pelakunya juga," ujar Kusfitria yang juga Founder Komunitas Rumah Kita (Koruki).
Kepala SMK Negeri 1 Sayung Santoso mengatakan bahwa siswa berhak mendapatkan pelayanan dan perlakuan yang terbaik. Jangan sampai mereka mengalami perundungan, karena bisa menimbulkan trauma dan terbawa selamanya.
Hal itu, kata dia, akan mempengaruhi perilaku dan mentalnya sehingga mulai sekarang hentikan perundungan dan sayangi anak Indonesia.
Para siswa antusias mengikuti kegiatan karena menganggap bahwa program pencegahan perundungan di tingkat sekolah ini diharapkan akan membawa angin segar bagi kehidupan para siswa maupun personil lain di lingkungan sekolah.
Fasilitator Nasional Roots Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Kusfitria Marstyasih di Demak, mengungkapkan bahwa siswa juga penting menyuarakan kampanye anti perundungan.
Ia menganggap pemahaman serta pengetahuan tentang perundungan penting disampaikan di sekolah, sebab hanya karena ketidaktahuan, kadang yang bersangkutan tidak menyadari bahwa mereka sedang melakukan perilaku perundungan.
"Perundungan yang terus-menerus dilakukan dan tidak ada pengawasan dari orang-orang sekelilingnya, terutama di lingkungan sekolah dapat menjadi kebiasaan sehingga dapat mempengaruhi mental korban maupun pelakunya juga," ujar Kusfitria yang juga Founder Komunitas Rumah Kita (Koruki).
Kepala SMK Negeri 1 Sayung Santoso mengatakan bahwa siswa berhak mendapatkan pelayanan dan perlakuan yang terbaik. Jangan sampai mereka mengalami perundungan, karena bisa menimbulkan trauma dan terbawa selamanya.
Hal itu, kata dia, akan mempengaruhi perilaku dan mentalnya sehingga mulai sekarang hentikan perundungan dan sayangi anak Indonesia.