Semarang (ANTARA) -
"Kalau orang salah apakah itu terkait dengan bahasa, tutur kata, dan menyinggung etnis, maka forum ini bisa dipakai untuk mendekatkan silaturahim di antara mereka dan kalau terjadi hal-hal yang sifatnya ada perbedaan suku, agama, ras, golongan, dan sebagainya, maka mereka cepat untuk bisa menginisiasi dan bisa meredam," kata Ganjar usai bertemu dengan pengurus FPK Provinsi Jateng, di Semarang, Selasa.
FPK Provinsi Jateng terdiri atas 19 etnis yang sudah memahami seluk beluk dan kebudayaan di Provinsi Jateng.
Baca juga: Presiden Jerman terkesan restorasi Candi Borobudur
Ganjar melihat banyak sisi positif forum yang diketuai salah satu tokoh politik di Jateng Muhammad Adnan ini.
Ia berharap forum ini bisa menjaga stabilitas berbangsa, bernegara, dan kondusivitas dalam relasi antaranak bangsa.
"Ini pekerjaan kualitatif, tidak kelihatan, tetapi harus dipelihara terus menerus. Banyak orang yang abai tapi ketika terjadi sesuatu yang sifatnya meledak kadang-kadang memadamkannya tidak mudah. Nah kalau dengan komunikasi intensif harapan kita semua bisa dicegah, ada masalah kumpul, kira-kira gitu," katanya.
Baca juga: Pemprov Aceh - Jawa Tengah kerja sama pengembangan potensi daerah
Pertemuan tersebut dihadiri perwakilan berbagai etnis seperti dari Dayak, Minang, eks Timor Timur, Papua, Sunda hingga Jawa.
Di dalam FPK terdapat perwakilan penganut kepercayaan dan eks napi teroris sehingga dari forum ini ke depan menjadi penengah konflik isu suku, agama, ras, dan antargolongan.
Pengurus FPK Jateng dikukuhkan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen pada Rabu (20/7) dengan salah satu misi yang akan dijalankan, yakni menggelorakan aksi penangkalan paham radikal dan intoleransi dengan cara meningkatkan nilai-nilai Pancasila di lingkup warga.(LHP)