Boyolali menggelar geladi penanggulangan bencana alam
Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah menggelar geladi penanggulangan tanah longsor melalui "Tactical Floor Game" (TFG) untuk sinkronisasi tugas pokok dan fungsi antarpemangku kepentingan di wilayah itu.
"Kegiatan TFG menjadi antisipasi dalam penanganan potensi bencana longsor akibat tanah gerak yang mengintai di Desa Kendel, Kemusu, Boyolali," kata Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali Eko Suharsono di Boyolali, Selasa.
Ia mengatakan kegiatan selain dilakukan personel BPBD, juga melibatkan TNI/Polri, dan para pemangku kepentingan terkait dengan program tanggung jawab sosial perusahaan.
Ia menyebut tiga hal disiapkan dalam kegiatan tersebut, yakni sosialisasi terkait dengan kerawanan tanah longsor di Dukuh Gagan, Desa Kendel, Kemusu, TFG untuk sinkronisasi tugas pokok dan fungsi antarpemangku kepentingan, dan upaya efisiensi potensi sumber daya yang ada.
Ia menjelaskan tentang pentingnya kemampuan personel dalam tugas penanganan kebencanaan.
Kegiatan dilanjutkan dengan apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan simulasi kesiapan personel di lapangan.
"Hasil kegiatan TFG akan menjadi panduan bersama berisikan tupoksi masing-masing 'stakeholder' (pemangku kepentingan), baik dalam distribusi bantuan, relawan, dan lainnya. Kami berharap tidak terjadi 'miskomunikasi' seperti penumpukan relawan atau justru tidak ada relawan. Apalagi saat ini, penanggulangan bencana alam masih dalam suasana pandemi," katanya.
BPBD Kabupaten Boyolali juga fokus penyiapan masyarakat tangguh bencana, yakni mereka dibekali kapasitas memadai terkait dengan penanganan dan antisipasi bencana alam.
Pihaknya melakukan sosialisasi ke desa-desa rawan bencana dan membuat rencana kontigensi terkait dengan potensi ancaman atau dampak, serta skenario penanganan bencana, termasuk identifikasi bencana, gambaran lapangan, dan bantuan sistem peringatan dini. Rencana kontigensi baru saat ini dibuat di beberapa daerah rawan bencana, seperti erupsi Merapi, banjir, dan tanah longsor.
Kepala Operasional Korem 074/Warastratama Mayor Inf Ronaldo Konstantin mengatakan kegiatan TFG untuk menyelaraskan dan mempertegas tupoksi masing-masing pemangku kepentingan sehingga penanggulangan bencana alam lebih efisien.
Dia mencontohkan penanganan tanah longsor atau tanah bergerak harus memperhatikan medan dan potensi korban. Ketika ada tanah gerak, personel langsung memasang garis polisi untuk kemudian menunggu hingga tim K9 atau unit anjing pelacak tiba guna memastikan ada atau tidaknya korban dalam kejadian itu.
"Kegiatan TFG menjadi antisipasi dalam penanganan potensi bencana longsor akibat tanah gerak yang mengintai di Desa Kendel, Kemusu, Boyolali," kata Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali Eko Suharsono di Boyolali, Selasa.
Ia mengatakan kegiatan selain dilakukan personel BPBD, juga melibatkan TNI/Polri, dan para pemangku kepentingan terkait dengan program tanggung jawab sosial perusahaan.
Ia menyebut tiga hal disiapkan dalam kegiatan tersebut, yakni sosialisasi terkait dengan kerawanan tanah longsor di Dukuh Gagan, Desa Kendel, Kemusu, TFG untuk sinkronisasi tugas pokok dan fungsi antarpemangku kepentingan, dan upaya efisiensi potensi sumber daya yang ada.
Ia menjelaskan tentang pentingnya kemampuan personel dalam tugas penanganan kebencanaan.
Kegiatan dilanjutkan dengan apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan simulasi kesiapan personel di lapangan.
"Hasil kegiatan TFG akan menjadi panduan bersama berisikan tupoksi masing-masing 'stakeholder' (pemangku kepentingan), baik dalam distribusi bantuan, relawan, dan lainnya. Kami berharap tidak terjadi 'miskomunikasi' seperti penumpukan relawan atau justru tidak ada relawan. Apalagi saat ini, penanggulangan bencana alam masih dalam suasana pandemi," katanya.
BPBD Kabupaten Boyolali juga fokus penyiapan masyarakat tangguh bencana, yakni mereka dibekali kapasitas memadai terkait dengan penanganan dan antisipasi bencana alam.
Pihaknya melakukan sosialisasi ke desa-desa rawan bencana dan membuat rencana kontigensi terkait dengan potensi ancaman atau dampak, serta skenario penanganan bencana, termasuk identifikasi bencana, gambaran lapangan, dan bantuan sistem peringatan dini. Rencana kontigensi baru saat ini dibuat di beberapa daerah rawan bencana, seperti erupsi Merapi, banjir, dan tanah longsor.
Kepala Operasional Korem 074/Warastratama Mayor Inf Ronaldo Konstantin mengatakan kegiatan TFG untuk menyelaraskan dan mempertegas tupoksi masing-masing pemangku kepentingan sehingga penanggulangan bencana alam lebih efisien.
Dia mencontohkan penanganan tanah longsor atau tanah bergerak harus memperhatikan medan dan potensi korban. Ketika ada tanah gerak, personel langsung memasang garis polisi untuk kemudian menunggu hingga tim K9 atau unit anjing pelacak tiba guna memastikan ada atau tidaknya korban dalam kejadian itu.