Mimika (ANTARA) - Pelatih tim bola basket putri Jawa Tengah Apriyadi menilai skuadnya memang layak tersingkir dari PON XX Papua karena tidak menunjukkan performa maksimal sepanjang penyisihan grup.
Ditemui usai pertandingan di Mimika Sport Complex, Mimika, Selasa, Apriyadi mengatakan selama tiga laga penyisihan Pool X, anak asuhnya tidak pernah menunjukkan catatan statistik yang cukup memadai untuk berjuang di level PON.
Misalnya, kata Apriyadi, timnya tidak mampu mencapai target mendapatkan 15-20 poin per kuarter setiap laga.
Selain itu, jumlah rebound mereka juga tak bisa mencapai 50 atau lebih. Saat takluk dari Jawa Timur, total rebound Jateng adalah 35, kemudian 35 saat takluk dari Bali dan 37 ketika ditundukkan Jawa Barat.
"Seharusnya, untuk sekelas PON, rebound mesti 50 atau di sekitar itu. Namun, selama tiga pertandingan itu, rebound kami di bawahnya, bahkan kurang dari 40. Untuk PON, menurut saya itu sangat rendah sekali," tutur Apriyadi.
Meski demikian, Apriyadi siap bertanggung jawab penuh atas performa buruk Jawa Tengah selama PON Papua dan berjanji segera melakukan evaluasi secara menyeluruh.
"Sebelum berangkat ke PON, saat kami try out, ada rasa optimistis. Namun, pada tiga laga PON ini kami bermain tak seperti biasa, tidak lepas. Secara skor juga kurang agresif. Kalau begitu, di level PON, siapa pun lawannya kami bakal sulit untuk menang," kata Apriyadi.
Tim bola basket putri Jawa Tengah yang meraih medali emas PON 2012 dan 2016 menuntaskan kiprahnya di PON XX Papua tanpa satu pun kemenangan setelah takluk dari Jawa Barat 53-65 pada pertandingan pamungkas Pool X, Selasa.
Jawa Tengah selalu kalah pada tiga laga Pool X. Sebelumnya, mereka ditundukkan Bali dan Jawa Timur.
Sementara bagi tim putri Jawa Barat, yang juga gagal melaju ke babak selanjutnya, hasil positif kontra Jawa Tengah membuat mereka setidak-tidaknya pulang dengan mengantongi satu kemenangan dari tiga laga di PON Papua.