Boyolali dorong pelestarian budaya racik jamu tradisional
...di Jawa ada peninggalan dari nenek moyang yaitu jamu-jamuan, ini yang harus dilestarikan...
Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah berupaya mendorong masyarakat dalam pelestarian peninggalan budaya leluhur melalui penyelenggaraan lomba meracik jamu tradisional di wilayahnya.
"Penyelenggaraan lomba meracik jamu tradisional ini, salah satu upaya pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali untuk menjaga warisan budaya leluhur," kata Kepala Disdikbud Kabupaten Boyolali, Darmanto, disela acara lomba meracik jamu tradisional, yang digelar di Museum R. Hamong Wardoyo, Kabupaten Boyolali, Kamis.
Darmanto mengatakan sebanyak 12 peserta lomba harus meracik sedikitnya lima macam jamu tradisional. Kelima jamu tersebut antara lain beras kencur, kunir asem, jamu pelentur lemak atau wedang juminten, jamu symplisia dan jamu daun sirih.
Ia menjelaskan lomba dengan hadiah total Rp2 juta dari Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2021 tersebut diselenggarakan untuk melestarikan budaya khususnya jamu tradisional sebagai pengganti obat yang memiliki bahan dasar kimia.
Baca juga: Industri jamu Indonesia hadapi krisis bahan baku
"Jadi di Jawa ada peninggalan dari nenek moyang yaitu jamu-jamuan, ini yang harus dilestarikan. Dengan harapan para pelaku usaha tetap bisa melestarikan peninggalan dari nenek moyang berupa jamu ini, baik dari pengrajinnya maupun penikmatnya," katanya.
Sementara itu, Ody Dasa Fitranto, salah satu juri lomba mengungkapkan terdapat empat kriteria dalam penilaian lomba meracik jamu. Kriteria pertama yakni komposisi bahan dan kandungan dari jamu yang dibuat, alat, dan bahan yang di gunakan, kreativitas penyajian dan estetika saat penyajian.
"Kami apresiasi antusiasnya masyarakat peserta lomba. Mereka berkreasi dengan model penyajian yang sangat menarik dari segi bisnis dan dari pakaian yang digunakan peserta juga sangat menarik," katanya.
Setiap peserta lomba nantinya mendapatkan uang pengganti bahan pembuatan jamu sebesar Rp300.000 dan mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp300.000.
Salah satu peserta lomba, Mira, warga Boyolali berharap lomba tersebut dapat terus berlanjut. Adanya lomba tersebut bisa menjadi solusi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus melestarikan warisan budaya leluhur dengan jamu tradisional.
"Saya senang sekali karena selama ini untuk pengrajin jamu agak sedikit tersisihkan, dengan adanya lomba meracik jamu tradisional ini dapat mengenalkan dan memacu kami para pengrajin jamu untuk lebih semangat lagi," katanya.
Sementara itu, pada lomba meracik jamu tradisional di Boyolali menjadi juara I direbut Tuti Widayati dari Kecamatan Ampel, Juara II Siti Rahayu dari Kecamatan Mojosongo dan Juara III Hani Siti Suryani dari Desa Kuwiran, Kecamatan Banyudono.
Baca juga: Ganjar ajak warga minum jamu untuk jaga imunitas
Baca juga: Dokter: Kemasan jamu jangan terkesan kuno
"Penyelenggaraan lomba meracik jamu tradisional ini, salah satu upaya pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali untuk menjaga warisan budaya leluhur," kata Kepala Disdikbud Kabupaten Boyolali, Darmanto, disela acara lomba meracik jamu tradisional, yang digelar di Museum R. Hamong Wardoyo, Kabupaten Boyolali, Kamis.
Darmanto mengatakan sebanyak 12 peserta lomba harus meracik sedikitnya lima macam jamu tradisional. Kelima jamu tersebut antara lain beras kencur, kunir asem, jamu pelentur lemak atau wedang juminten, jamu symplisia dan jamu daun sirih.
Ia menjelaskan lomba dengan hadiah total Rp2 juta dari Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2021 tersebut diselenggarakan untuk melestarikan budaya khususnya jamu tradisional sebagai pengganti obat yang memiliki bahan dasar kimia.
Baca juga: Industri jamu Indonesia hadapi krisis bahan baku
"Jadi di Jawa ada peninggalan dari nenek moyang yaitu jamu-jamuan, ini yang harus dilestarikan. Dengan harapan para pelaku usaha tetap bisa melestarikan peninggalan dari nenek moyang berupa jamu ini, baik dari pengrajinnya maupun penikmatnya," katanya.
Sementara itu, Ody Dasa Fitranto, salah satu juri lomba mengungkapkan terdapat empat kriteria dalam penilaian lomba meracik jamu. Kriteria pertama yakni komposisi bahan dan kandungan dari jamu yang dibuat, alat, dan bahan yang di gunakan, kreativitas penyajian dan estetika saat penyajian.
"Kami apresiasi antusiasnya masyarakat peserta lomba. Mereka berkreasi dengan model penyajian yang sangat menarik dari segi bisnis dan dari pakaian yang digunakan peserta juga sangat menarik," katanya.
Setiap peserta lomba nantinya mendapatkan uang pengganti bahan pembuatan jamu sebesar Rp300.000 dan mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp300.000.
Salah satu peserta lomba, Mira, warga Boyolali berharap lomba tersebut dapat terus berlanjut. Adanya lomba tersebut bisa menjadi solusi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus melestarikan warisan budaya leluhur dengan jamu tradisional.
"Saya senang sekali karena selama ini untuk pengrajin jamu agak sedikit tersisihkan, dengan adanya lomba meracik jamu tradisional ini dapat mengenalkan dan memacu kami para pengrajin jamu untuk lebih semangat lagi," katanya.
Sementara itu, pada lomba meracik jamu tradisional di Boyolali menjadi juara I direbut Tuti Widayati dari Kecamatan Ampel, Juara II Siti Rahayu dari Kecamatan Mojosongo dan Juara III Hani Siti Suryani dari Desa Kuwiran, Kecamatan Banyudono.
Baca juga: Ganjar ajak warga minum jamu untuk jaga imunitas
Baca juga: Dokter: Kemasan jamu jangan terkesan kuno