"Sosialisasi yang masif itu diperlukan agar masyarakat atau petani paham dan jelas tentang mekanisme KUR tersebut," katanya di Semarang, Senin.
Menurut dia, saat ini belum sesuai antara program dan pelaksanaannya, baik mekanisme maupun sosialisasi di lapangan.
"Jadi sebenarnya pemerintah sudah bagus memberi beberapa kemudahan dan memberi petani beberapa jenis permodalan dalam bentuk kredit," ujarnya.
Ia menyebut dalam kredit itu banyak faktor yang terjadi, bisa karena keterlambatan program, realisasi yang susah, serta masyarakat atau petaninya sendiri salah memahami masalah kredit itu sendiri.
"Ada beberapa kasus seperti usaha peternakan lumayan berhasil, kelompok tani yang sudah punya ekspektasi bagus terhadap hasil usahanya, banyak yang mau mengambil kredit seperti petani tembakau, padi, jagung," katanya.
Selain itu, hingga saat ini jangkauan KUR sektor pertanian tersebut sudah sampai ke desa-desa, tinggal dibutuhkan sosialisasi yang masif terkait persoalan teknis.
"Kalau jangkauannya sebenarnya sudah sampai ke desa-desa, ke masyarakat jadi memang bagi petani sendiri ada yang menarik diri tidak ingin mengambil kredit, tapi ada juga yang dalam kelompok tani mereka sudah punyai ekspektasi bagus terhadap hasil usahanya, banyak yang mau mengambil kredit," ujarnya.
Sebagai informasi, salah satu tujuan KUR adalah meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro kecil dan menengah serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Keunggulan program KUR dibanding dengan kredit lain yaitu suku bunga yang rendah dan syarat agunan tambahan yang mudah.