Jakarta (ANTARA) - Bank Dunia melakukan koreksi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini menjadi minus 2,2 persen atau lebih rendah dibandingkan publikasi yang dilakukan pada September lalu yaitu minus 1,6 persen.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn menyatakan koreksi ini mencerminkan pemulihan yang lebih lemah dari perkirakan untuk kuartal III dan sebagian kuartal keempat akibat pembatasan masyarakat dan meningkatnya kasus COVID-19.
“Proyeksi kami untuk 2020 sudah diestimasikan ada sedikit resesi tapi ada perubahan pada 2021 yaitu tumbuh 4,4 persen untuk PDB riil dan 5,5 persen untuk government budget balance,” katanya dalam Indonesia Economy Prospects-December 2020 Edition di Jakarta, Kamis.
Meski demikian, Bank Dunia mencatatkan ekonomi Indonesia 2021 akan membaik dan perlahan menguat pada 2022 yang didasarkan oleh pembukaan ekonomi tahun depan dan diikuti pembukaan lebih lanjut serta dilonggarkannya aturan pembatasan sosial sepanjang 2022.
Bank Dunia memperkirakan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan berada di angka 4,4 persen yang secara umum didorong oleh pemulihan konsumsi swasta.
Perkiraan tersebut juga mengasumsikan bahwa kepercayaan konsumen meningkat dan hilangnya pendapatan rumah tangga tetap rendah akibat hasil pasar tenaga kerja yang lebih baik dan bantuan sosial yang memadai.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2022 diperkirakan menguat ke level 4,8 persen dengan didorong oleh menguatnya konsumsi, investasi dan meningkatnya kepercayaan dengan syarat tersedianya vaksin yang efektif dan aman.
Secara rinci, indeks harga konsumen untuk 2020 diperkirakan mencapai 2 persen, 2021 sebesar 2,3 persen, dan 2022 sebesar 2,8 persen.
Kemudian untuk neraca akun berjalan 2020 diperkirakan sebesar minus 0,7 persen, 2021 sebesar minus 1,4 persen, dan 2022 sebesar minus 2 persen.
Untuk neraca anggaran pemerintah 2020 diperkirakan sebesar minus 6 persen, 2021 sebesar minus 5,5 persen, dan 2022 sebesar minus 4,3 persen.
Untuk utang publik 2020 diperkirakan sebesar 37,5 persen, 2021 sebesar 40,9 persen, dan 2022 sebesar 43 persen.
Sektor-sektor dengan kontak intensif akan pulih perlahan pada 2021 sampai 2022 namun akan tetap tertahan untuk jasa tertentu seperti pariwisata.
Pertumbuhan dalam sektor-sektor berorientasi ekspor seperti manufaktur dan pertambangan akan didukung oleh pertumbuhan global yang lebih kuat, perdagangan dan harga komoditas.
Di sisi lain, menurut Bank Dunia proyeksi acuan dasar ini akan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang sangat tinggi terkait dinamika pandemi di Indonesia dan di negara-negara lain.
Bank Dunia mencatat adanya potensi pertumbuhan Indonesia merosot menjadi 3,1 persen pada 2021 dan 3,8 persen pada 2022 di bawah skenario buruk pengetatan mobilitas, pertumbuhan global yang lebih lemah dan harga komoditas.
Oleh sebab itu, kinerja pertumbuhan jangka menengah Indonesia sangat bergantung pada penanggulangan potensi dampak negatif krisis terhadap investasi, produktivitas dan modal manusia.
“Ini membutuhkan perbaikan efektivitas respons krisis dan reformasi struktural untuk mengangkat potensi pertumbuhan,” tulis Bank Dunia.
Baca juga: Bank Dunia desak G20 perpanjang penangguhan utang hingga 2021
Baca juga: Bank Dunia sebut ekonomi RI pulih Agustus 2020, ekonom: Sulit terwujud
Berita Terkait
BTN luncurkan Debit Card BTN Prospera
Jumat, 15 November 2024 20:59 Wib
Pemkab Batang dan Bank Jateng luncurkan KKI QRIS
Jumat, 15 November 2024 19:52 Wib
Bank Jateng dan Kemenag Sukoharjo jalin kerja sama
Jumat, 15 November 2024 9:00 Wib
Bank Jateng Borobudur Marathon 2024 sasar dua misi besar
Kamis, 14 November 2024 9:03 Wib
SMKN Kedawung 1 Sragen juara Lomba Masak Ikan
Rabu, 13 November 2024 8:39 Wib
Bank Jateng perluas layanan pengelolaan keuangan Kemenag Sragen
Selasa, 12 November 2024 14:10 Wib
Kembangkan sektor industri dan pertanian, Forum Pusaka Jateng 2024 digelar
Sabtu, 9 November 2024 22:33 Wib
BI Jateng kirim uang ke daerah 3T lewat "Ekspedisi Rupiah Karimunjawa"
Rabu, 6 November 2024 14:29 Wib