Angka kerugian tersebut sedikit lebih kecil jika dibandingkan nominal yang mengancam La Liga Spanyol sekira 1 miliar euro (setara Rp17,5 triliun) dan Liga Premier Inggris sekira 1 miliar poundsterling (setara Rp20 triliun), demikian dilansir dari New York Times, Rabu.
"Saat ini, kita semua tengah berjuang untuk bisa bertahan," kata Steifert.
Selain itu, jika separuh klub divisi dua terancam bangkrut, menurut Steifert kesulitan serupa bisa saja dihadapi sedikitnya lima tim Bundesliga jika musim tak bisa diselesaikan.
Bundesliga musim 2019/20 saat ini tengah ditangguhkan karena dampak pandemi virus corona, laiknya kompetisi sepak bola maupun ajang-ajang olahraga lainnya di dunia.
Baca juga: Bundesliga perpanjang penundaan kompetisi hingga akhir April
Baca juga: Bundesliga bisa jadi liga domestik pertama yang berlanjut
Steifert sempat mengungkapkan optimisme bahwa Bundesliga bakal bisa dilanjutkan lagi pada awal Mei, namun sembilan pekan pertandingan tersisa kemungkinan digelar tanpa penonton.
Absennya penonton tersebut bakal menimbulkan sedikitnya 100 juta euro (setara Rp1,75 triliun), sedangkan 300 juta euro (Rp5,25 triliun) masih belum dibayarkan oleh pemilik hak siar Bundesliga yakni Sky.
"Kami masih bernegosiasi dengan seluruh rekanan kami, entah itu tv berbayar maupun tv bebas siar," kata Steifert, sembari menambahkan bahwa industri tv juga sama terpukulnya oleh pandemi.
Baca juga: Perdebatan bergulir seputar dimulainya pelatihan klub Bundesliga
Baca juga: Liga Premier terancam denda Rp15,3 triliun bila musim tak berlanjut
Baca juga: Separuh klub sepak bola liga Prancis bisa bangkrut karena virus corona