Cilacap (ANTARA) - Cuaca ekstrem diprakirakan masih berpotensi terjadi di wilayah pegunungan tengah Jawa Tengah dalam beberapa hari ke depan, kata Analis Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Rendi Krisnawan.
"Hanya saja, potensi cuaca ekstrem yang terjadi di pegunungan tengah tidak seperti beberapa waktu sebelumnya. Jadi, enggak kontinu setiap hari, kadang sehari panas, besoknya hujan," katanya di Cilacap, Senin.
Menurut dia, hal itu disebabkan fenomena MJO (Madden Julian Oscillation) masih memberikan dampak cuaca di wilayah Jateng meskipun pengaruhnya dalam penguatan Monsun Asia akan semakin menurun seiring pergeserannya menuju Samudera Pasifik.
Baca juga: BMKG imbau warga Jateng selatan tetap mewaspadai cuaca ekstrem
Selain itu, kata dia, potensi pertumbuhan awan hujan jika dibandingkan dengan daerah pesisir atau dataran rendah, lebih sering terjadi di wilayah pegunungan.
Dengan demikian, lanjut dia, cuaca ekstrem diprakirakan masih berpotensi terjadi di wilayah pegunungan tengah Jateng yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, dan Temanggung.
"Sementara intensitas hujan untuk wilayah pesisir selatan Jateng seperti Cilacap, Kebumen, dan Purworejo dalam beberapa hari ke depan diprakirakan berkurang," katanya.
Kendati demikian, dia mengimbau masyarakat yang bermukim di pegunungan tengah Jateng maupun pesisir selatan Jateng untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin kencang karena puncak musim hujan diprakirakan akan berlangsung sekitar bulan Februari-Maret.
"Jadi, potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang di wilayah pesisir sudah mulai melemah, sedangkan di wilayah pegunungan tengah Jateng masih ada terutama pada siang hari menjelang sore atau malam hari," tegasnya.
Disinggung mengenai prakiraan tinggi gelombang laut, Rendi mengatakan tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Sukabumi, Cianjur, Garut, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta maupun Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa hari ke depan diprakirakan berkisar 2,5-4 meter sehingga masuk kategori tinggi.
Menurut dia, tinggi gelombang tersebut dipengaruhi oleh musim angin baratan yang sedang berlangsung di wilayah perairan dan Samudra Hindia selatan Jawa.
"Saat musim angin baratan, angin di permukaan laut bertiup sangat kencang sehingga memicu terjadinya gelombang tinggi. Oleh karena itu, bagi yang sedang berlayar terutama nelayan tradisional yang menggunakan kapal berukuran kecil diimbau untuk berhati-hati dan waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi," katanya.
Baca juga: Longsor menutup ruas jalan provinsi di Banjarnegara