Pertamina dukung penerapan konversi BBM ke LPG bagi nelayan di Semarang
Semarang (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta mendukung penerapan konversi BBM ke LPG 3 kg yang dilakukan Kementerian ESDM salah satunya kepada para nelayan di Kota Semarang.
“Nelayan kecil yang menggunakan mesin tempel berbahan bakar minyak menjadi prioritas kami dalam upaya konversi ke bahan bakar gas menggunakan LPG 3 kg bersubsidi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden No.126 tahun 2015 tentang penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga LPG untuk kapal perikanan bagi nelayan kecil," kata Sales Branch Manager Pertamina MOR IV wilayah Kota dan Kabupaten Semarang Alam Kanda.
Hal tersebut disampaikan Alam di sela peyerahan bantuan paket konverter kit kepada 556 nelayan yang dipusatkan di TPI Mangkang, Kota Semarang, Senin.
Menurut Alam, sebagai lembaga penyalur BBM dan LPG, Pertamina akan mengoptimalkan penugasan dari pemerintah terkait konversi BBM ke BBG dengan menggunakan LPG 3 kg bersubsidi bagi nelayan.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM dan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta melaksanakan program konversi mesin kapal nelayan yang sebelumnya menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke bahan bakar Gas (BBG) menggunakan LPG.
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR IV Anna Yudhiastuti menambahkan Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mendukung secara penuh optimalisasi penyaluran LPG 3 kg bersubsidi melalui program konversi tersebut.
“Sebelumnya, pada tanggal 23 hingga 25 November 2019, kami juga telah melakukan program yang sama bersama kementerian ESDM dan Dinas Kelautan Perikanan Demak membagikan 206 paket konversi BBM ke BBG di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak," kata Anna.
Anna menambahkan selain untuk nelayan kecil, Pemerintah bersama Pertamina juga menyalurkan dan membagikan paket konversi BBM ke BBG untuk petani salah satunya yang telah terlaksana yaitu di Kabupaten Sragen pada tanggal 16 November 2019.
“Dengan program konversi tersebut, diharapkan para petani dan nelayan kecil mendapatkan nilai ekonomi yang lebih dari hasil bertani dan melaut dikarenakan adanya penghematan penggunaan bahan bakar. Selain itu, penyaluran LPG 3 kg bersubsidi pun menjadi tepat sasaran," tutup Anna.
Dalam kesempatan tersebut Muhroni (45) salah satu nelayan penerima bantuan paket konverter kit mengaku bersyukur dan berharap nantinya bisa lebih hemat untuk belanja bahan bakar untuk melaut.
"Jika biasanya sehari berangkat jam 6 pagi, pulang jam 5 sore habisnya 3 liter premium. Jika satu liternya Rp9.000, maka habisnya Rp27ribu. Sementara penghasilan sehari Rp50rb sampe Rp70rb belum termasuk makan dan premium. Ya, dengan bantuan ini harapannya pengeluarannya lebih sedikit, sehingga uang yang dibawa pulang lebih banyak," kata ayah satu anak ini.
Hal sama juga disampaikan Hanafi (33) yang antusias mencoba gas untuk bahan bakar melautnya, karena selama ini dirinya dan nelayan yang lain menggunakan premium juga solar.
"Kami coba dulu. Semoga lebih irit dan gasnya mudah didapat. Ya apalagi kalau lagi musim seperti ini, lagi paceklik, sepi hasil tangkapannya. Biasanya baru nanti Januari atau Februari, musimnya udang dan ikan belanak," kata Hanafi.
“Nelayan kecil yang menggunakan mesin tempel berbahan bakar minyak menjadi prioritas kami dalam upaya konversi ke bahan bakar gas menggunakan LPG 3 kg bersubsidi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden No.126 tahun 2015 tentang penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga LPG untuk kapal perikanan bagi nelayan kecil," kata Sales Branch Manager Pertamina MOR IV wilayah Kota dan Kabupaten Semarang Alam Kanda.
Hal tersebut disampaikan Alam di sela peyerahan bantuan paket konverter kit kepada 556 nelayan yang dipusatkan di TPI Mangkang, Kota Semarang, Senin.
Menurut Alam, sebagai lembaga penyalur BBM dan LPG, Pertamina akan mengoptimalkan penugasan dari pemerintah terkait konversi BBM ke BBG dengan menggunakan LPG 3 kg bersubsidi bagi nelayan.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM dan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta melaksanakan program konversi mesin kapal nelayan yang sebelumnya menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke bahan bakar Gas (BBG) menggunakan LPG.
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR IV Anna Yudhiastuti menambahkan Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mendukung secara penuh optimalisasi penyaluran LPG 3 kg bersubsidi melalui program konversi tersebut.
“Sebelumnya, pada tanggal 23 hingga 25 November 2019, kami juga telah melakukan program yang sama bersama kementerian ESDM dan Dinas Kelautan Perikanan Demak membagikan 206 paket konversi BBM ke BBG di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak," kata Anna.
Anna menambahkan selain untuk nelayan kecil, Pemerintah bersama Pertamina juga menyalurkan dan membagikan paket konversi BBM ke BBG untuk petani salah satunya yang telah terlaksana yaitu di Kabupaten Sragen pada tanggal 16 November 2019.
“Dengan program konversi tersebut, diharapkan para petani dan nelayan kecil mendapatkan nilai ekonomi yang lebih dari hasil bertani dan melaut dikarenakan adanya penghematan penggunaan bahan bakar. Selain itu, penyaluran LPG 3 kg bersubsidi pun menjadi tepat sasaran," tutup Anna.
Dalam kesempatan tersebut Muhroni (45) salah satu nelayan penerima bantuan paket konverter kit mengaku bersyukur dan berharap nantinya bisa lebih hemat untuk belanja bahan bakar untuk melaut.
"Jika biasanya sehari berangkat jam 6 pagi, pulang jam 5 sore habisnya 3 liter premium. Jika satu liternya Rp9.000, maka habisnya Rp27ribu. Sementara penghasilan sehari Rp50rb sampe Rp70rb belum termasuk makan dan premium. Ya, dengan bantuan ini harapannya pengeluarannya lebih sedikit, sehingga uang yang dibawa pulang lebih banyak," kata ayah satu anak ini.
Hal sama juga disampaikan Hanafi (33) yang antusias mencoba gas untuk bahan bakar melautnya, karena selama ini dirinya dan nelayan yang lain menggunakan premium juga solar.
"Kami coba dulu. Semoga lebih irit dan gasnya mudah didapat. Ya apalagi kalau lagi musim seperti ini, lagi paceklik, sepi hasil tangkapannya. Biasanya baru nanti Januari atau Februari, musimnya udang dan ikan belanak," kata Hanafi.