Sedulur Sikep olah sampah plastik jadi paving
Kudus (ANTARA) - Warga Sedulur Sikep di Kecamatan Undaan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, memiliki ide kreatif untuk mengurangi sampah plastik di daerahnya dengan mengubahnya menjadi paving block dan hiasan dinding selayaknya batu alam.
Menurut warga Sedulur Sikep Gunondo di Kudus, Selasa, ide membuat hiasan dinding dan paving dari sampah plastik merupakan ide dirinya bersama temannya bernama Nur Hadi serta dibantu Arifin yang sama-sama dari Kecamatan Undaan.
"Karena pemerintah tengah menggalakkan pengurangan sampah plastik, maka saya sebagai masyarakat biasa mencoba untuk ikut menjaga lingkungan agar bebas dari sampah, terutama sampah plastik," ujarnya.
Salah satunya dengan mengubah sampah plastik tersebut menjadi hiasan dinding atau selama ini masyarakat menyebutnya batu alam hiasan dinding rumah serta menjadi paving untuk mempercantik halaman rumah.
Pembuatan paving dan hiasan dinding dimulai sejak sepekan, sedangkan persiapannya dimulai sejak sebulan yang lalu.
Alat untuk mencetak pembuatan paving maupun hiasan dinding juga masih sederhana karena dibuat sendiri dengan modal patungan dari tiga orang.
"Jika ditotal modal usaha untuk pembuatan alat bisa mencapai Rp6 jutaan, sedangkan saya sebesar Rp2,5 juta hasil penjualan burung murai batu," ujarnya didampingi Nur Hadi.
Dalam pembuatannya, Gunondo yang merupakan warga Sedulur Sikep yang tinggal di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus itu, dibantu temannya bernama Nur Hadi yang merupakan warga Desa Wates, Kecamatan Undaan, Kudus.
Tujuan utama pembuatan paving maupun hiasan dinding, katanya, untuk mengurangi sampah plastik yang susah diurai. Nur Hadi menambahkan hingga sekarang batu tempel plastik untuk hiasan dinding berukuran 20x40 sentimeter yang dibuat mencapai 17 meter persegi, sedangkan paving berdiameter 12 cm dengan ketebalan 4 cm berkisar 3 meter persegi.
Untuk mendapatkan sampah plastik saat sekarang, dirinya harus membeli ke pengepul sampah dengan harga berkisar Rp150.000 per tiga kuintal untuk jenis sampah campur.
"Harapannya, di Desa Karangrowo ini ada bank sampah sehingga sampah plastik yang tidak bisa dimanfaatkan bisa diubah menjadi paving block maupun hiasan dinding," ujarnya.
Paving dan hiasan dinding buatan mereka memang kurang sempurna, karena mereka berencana untuk mempercantiknya dengan menambah bahan akrilik agar lebih menarik.
Usahanya itu juga baru sebatas uji coba karena sebagian paving yang dibuat diujicobakan dimanfaatkan untuk pengerasan halaman rumah milik Nur Hadi.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, pembuatan hiasan dinding membutuhkan waktu 13 menit mulai dari pembakaran sampah plastik, pencetakan, pendinginan dengan air, sedangkan untuk perapiannya bervariasi karena ketika cetakannya sempurna tidak membutuhkan waktu yang lama.
Sementara pembuatan paving membutuhkan waktu sekitar 27 menit mulai dari pembakaran sampah plastik hingga pencetakannya serta pendinginan setelah dicetak.
Menurut warga Sedulur Sikep Gunondo di Kudus, Selasa, ide membuat hiasan dinding dan paving dari sampah plastik merupakan ide dirinya bersama temannya bernama Nur Hadi serta dibantu Arifin yang sama-sama dari Kecamatan Undaan.
"Karena pemerintah tengah menggalakkan pengurangan sampah plastik, maka saya sebagai masyarakat biasa mencoba untuk ikut menjaga lingkungan agar bebas dari sampah, terutama sampah plastik," ujarnya.
Salah satunya dengan mengubah sampah plastik tersebut menjadi hiasan dinding atau selama ini masyarakat menyebutnya batu alam hiasan dinding rumah serta menjadi paving untuk mempercantik halaman rumah.
Pembuatan paving dan hiasan dinding dimulai sejak sepekan, sedangkan persiapannya dimulai sejak sebulan yang lalu.
Alat untuk mencetak pembuatan paving maupun hiasan dinding juga masih sederhana karena dibuat sendiri dengan modal patungan dari tiga orang.
"Jika ditotal modal usaha untuk pembuatan alat bisa mencapai Rp6 jutaan, sedangkan saya sebesar Rp2,5 juta hasil penjualan burung murai batu," ujarnya didampingi Nur Hadi.
Dalam pembuatannya, Gunondo yang merupakan warga Sedulur Sikep yang tinggal di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus itu, dibantu temannya bernama Nur Hadi yang merupakan warga Desa Wates, Kecamatan Undaan, Kudus.
Tujuan utama pembuatan paving maupun hiasan dinding, katanya, untuk mengurangi sampah plastik yang susah diurai. Nur Hadi menambahkan hingga sekarang batu tempel plastik untuk hiasan dinding berukuran 20x40 sentimeter yang dibuat mencapai 17 meter persegi, sedangkan paving berdiameter 12 cm dengan ketebalan 4 cm berkisar 3 meter persegi.
Untuk mendapatkan sampah plastik saat sekarang, dirinya harus membeli ke pengepul sampah dengan harga berkisar Rp150.000 per tiga kuintal untuk jenis sampah campur.
"Harapannya, di Desa Karangrowo ini ada bank sampah sehingga sampah plastik yang tidak bisa dimanfaatkan bisa diubah menjadi paving block maupun hiasan dinding," ujarnya.
Paving dan hiasan dinding buatan mereka memang kurang sempurna, karena mereka berencana untuk mempercantiknya dengan menambah bahan akrilik agar lebih menarik.
Usahanya itu juga baru sebatas uji coba karena sebagian paving yang dibuat diujicobakan dimanfaatkan untuk pengerasan halaman rumah milik Nur Hadi.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, pembuatan hiasan dinding membutuhkan waktu 13 menit mulai dari pembakaran sampah plastik, pencetakan, pendinginan dengan air, sedangkan untuk perapiannya bervariasi karena ketika cetakannya sempurna tidak membutuhkan waktu yang lama.
Sementara pembuatan paving membutuhkan waktu sekitar 27 menit mulai dari pembakaran sampah plastik hingga pencetakannya serta pendinginan setelah dicetak.