New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street jatuh pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah China mengumumkan tarif pembalasan, tindakan terbaru dalam perang perdagangan kedua negara yang semakin agresif, membuat investor pindah dari pasar ekuitas ke aset-aset yang dinilai kurang berisiko.
Ketiga indeks utama Amerika Serikat kehilangan pijakan dalam aksi jual luas, dengan Nasdaq yang padat teknologi membukukan persentase penurunan satu hari terbesarnya tahun ini. S&P 500 dan Dow keduanya mengalami penurunan persentase terbesar sejak 3 Januari.
China mengatakan akan mengenakan tarif lebih tinggi pada barang-barang Amerika Serikat senilai 60 miliar dolar AS, meskipun Presiden Donald Trump memperingatkan untuk tidak membalas terhadap tarif tambahan impor barang-barang China yang diumumkan oleh Gedung Putih pada Jumat (10/5/2019). Langkah ini memicu kekhawatiran penurunan ekonomi global.
"Pasar menyadari bahwa ini adalah kemacetan mutlak pembicaraan (perdagangan) dan semuanya berjalan mundur," kata Michael O'Rourke, kepala strategi pasar JonesTrading di Greenwich, Connecticut.
"Ini bisa sangat buruk," O'Rourke menambahkan. "Ada banyak ketidakpastian. Ini akan mendorong perlambatan ekonomi lebih lanjut."
Para investor merespons dengan melarikan diri dari ekuitas ke aset-aset safe haven.
Imbal hasil surat utang pemerintah AS jatuh ke posisi terendah enam minggu, dengan imbal hasil obligasi 10-tahun jatuh di bawah imbal hasil surat utang bertenor tiga bulan, suatu perubahan yang dilihat oleh banyak orang sebagai pertanda potensial resesi.
Sementara itu, harga emas naik mendekati tingkat tertinggi tiga bulan.
Indeks Volatilitas CBOE, ukuran kecemasan investor, membukukan kenaikan poin harian terbesar sepanjang tahun ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 617,38 poin atau 2,38 persen, menjadi berakhir di 25.324,99 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 69,53 poin atau 2,41 persen, menjadi ditutup di 2.811,87 poin. Indeks Komposit Nasdaq merosot 269,92 poin atau 3,41 persen, menjadi berakhir di 7.647,02 poin.
Dari 11 sektor utama S&P 500, hanya utilitas yang mengakhiri sesi di wilayah positif. Perusahaan teknologi yang sensitif terhadap perdagangan mengalami penurunan persentase terbesar.
Di antara saham yang sangat rentan terhadap tarif AS-China, Boeing Co jatuh 4,9 persen dan Caterpillar Inc merosot 4,6 persen, sementara indeks Philadelphia Chip berkurang 4,7 persen, membukukan persentase penurunan terbesar sejak 3 Januari memperpanjang penurunan enam persen pada minggu lalu.
Saham Apple Inc merosot 5,8 persen karena peningkatan ganda ketegangan perdagangan dan keputusan Mahkamah Agung AS untuk mengizinkan gugatan antimonopoli yang menuduh perusahaan memonopoli pasar aplikasi iPhone.
Uber Technologies Inc memperpanjang penurunannya, anljok 10,8 persen pada hari kedua sebagai perusahaan publik setelah debut yang mengecewakan pada Jumat (10/5/2019).
Saham perusahaan aplikasi transportasi daring rekannya, Lyft Inc juga jatuh 5,8 persen.
Saham Tesla Inc merosot 5,2 persen ke level terendah dalam lebih dari dua tahun.
Musim pelaporan laba perusahaan-perusahaan kuartal pertama domestik meregang, dan dari 451 perusahaan di S&P 500 yang telah membukukan hasil, 75,2 persen telah datang di atas harapan.
Para analis sekarang memperkirakan kenaikan laba S&P 500 sebesar 1,3 persen untuk periode Januari-Maret, jauh lebih baik dari penurunan dua persen yang diperkirakan pada 1 April.
Jumlah saham turun melebihi jumlah yang naik, di NYSE dengan rasio 4,81 terhadap satu, serta di Nasdaq dengan rasio 5,12 terhadap satu.
S&P 500 membukukan posisi 12 tertinggi baru dalam 52-minggu dan 22 posisi terendah baru; Komposit Nasdaq mencatat 30 tertinggi baru dan 151 terendah baru.
Volume perdagangan di bursa Amerika Serikat mencapai 8,24 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 6,97 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.