Jakarta (Antaranews Jateng) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengajak generasi milenial untuk ikut membangun dan mempromosikan produk unggulan dan desa-desa wisata yang ada di seluruh Indonesia.
“Ide kreatif generasi milenial dan eksistensinya di media sosial bisa menjadi energi besar dalam pembangunan desa di era milenial,” kata Eko di depan ratusan mahasiswa dalam acara “Membangun Indonesia Goes to Campus” di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Kamis.
Menteri Eko berharap anak-anak muda, khususnya mahasiswa, melihat potensi yang ada di desa-desa di daerahnya dan jangan terfokus ke kota-kota besar karena desa juga mempunyai banyak persoalan yang bisa menjadi peluang (opportunity). Bukan itu saja kesempatan untuk sukses lebih mudah karena daya saingnya rendah.
"Jadi anak-anak muda itu melihat potensi di desa karena di desa itu banyak persoalan, tetapi persoalan itu jelas dan ini akan menjadi opportunity bagi mereka dan kompetisinya lebih rendah,” kata Eko.
Dalam mempercepat kemajuan desa, kata Menteri Eko, pemerintah mengharuskan penggunaan Dana Desa secara swakelola sehingga uangnya hanya berputar di desa. “Dari tenaga kerja, bahan material, hingga konsumsi yang digunakan selama pelaksanaan proyek berasal dari warga desa sendiri,” katanya.
Untuk menyebarkan semangat membangun desa ini, Menteri Eko mengajak generasi milenial untuk ikut membangun dan mempromosikan produk unggulan desa serta desa-desa wisata yang dikelola oleh BUMDes.
Sementara dosen Binus, Wendy P. Tarigan mengungkapkan bahwa mahasiswa Binus juga punya kepedulian terhadap pembangunan desa. Mereka datang ke Desa Pasirmulya di Kabupaten Bandung, Jabar untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pentingnya peran teknologi serta kreativitas dalam pembangunan desa.
“Selama tinggal di desa, mahasiswa melakukan eksplorasi nilai-nilai kearifan lokal dan juga mengenai potensi pengembangan sebagai desa wisata dengan mengandalkan hasil kekayaan alamnya, dalam hal ini kebun kopi,” katanya.
Kebun kopi dengan keindahan alamnya, sambung Wendy, dikemas dan dikembangkan menjadi Desa Wisata Coffeetainment. “Kebun kopi bukan hanya sebagai pengasil produk unggulan desa, tapi juga jadi tempat wisata. Sehingga memberi nilai tambah bagi desa dan warganya,” tambahnya. (Editor : Subagyo).
“Ide kreatif generasi milenial dan eksistensinya di media sosial bisa menjadi energi besar dalam pembangunan desa di era milenial,” kata Eko di depan ratusan mahasiswa dalam acara “Membangun Indonesia Goes to Campus” di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Kamis.
Menteri Eko berharap anak-anak muda, khususnya mahasiswa, melihat potensi yang ada di desa-desa di daerahnya dan jangan terfokus ke kota-kota besar karena desa juga mempunyai banyak persoalan yang bisa menjadi peluang (opportunity). Bukan itu saja kesempatan untuk sukses lebih mudah karena daya saingnya rendah.
"Jadi anak-anak muda itu melihat potensi di desa karena di desa itu banyak persoalan, tetapi persoalan itu jelas dan ini akan menjadi opportunity bagi mereka dan kompetisinya lebih rendah,” kata Eko.
Dalam mempercepat kemajuan desa, kata Menteri Eko, pemerintah mengharuskan penggunaan Dana Desa secara swakelola sehingga uangnya hanya berputar di desa. “Dari tenaga kerja, bahan material, hingga konsumsi yang digunakan selama pelaksanaan proyek berasal dari warga desa sendiri,” katanya.
Untuk menyebarkan semangat membangun desa ini, Menteri Eko mengajak generasi milenial untuk ikut membangun dan mempromosikan produk unggulan desa serta desa-desa wisata yang dikelola oleh BUMDes.
Sementara dosen Binus, Wendy P. Tarigan mengungkapkan bahwa mahasiswa Binus juga punya kepedulian terhadap pembangunan desa. Mereka datang ke Desa Pasirmulya di Kabupaten Bandung, Jabar untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pentingnya peran teknologi serta kreativitas dalam pembangunan desa.
“Selama tinggal di desa, mahasiswa melakukan eksplorasi nilai-nilai kearifan lokal dan juga mengenai potensi pengembangan sebagai desa wisata dengan mengandalkan hasil kekayaan alamnya, dalam hal ini kebun kopi,” katanya.
Kebun kopi dengan keindahan alamnya, sambung Wendy, dikemas dan dikembangkan menjadi Desa Wisata Coffeetainment. “Kebun kopi bukan hanya sebagai pengasil produk unggulan desa, tapi juga jadi tempat wisata. Sehingga memberi nilai tambah bagi desa dan warganya,” tambahnya. (Editor : Subagyo).