Jakarta (Antaranews Jateng) - Industri modest fashion Indonesia mulai dilirik oleh mata dunia, terbukti dengan terpilihnya enam desainer Tanah Air dalam pergelaran Contemporary Muslim Fashions Exhibition.
Contemporary Muslim Fashions akan berlangsung mulai 22 September 2018 sampai Januari 2019 di De Young Museum, Fine Arts Museum of San Francisco. Pameran ini dikurasi oleh Jill D'Alessandro dan Laura L Camerlengo serta Reina Lewis, Profesor Studi Budaya di London College of Fashion sebagai konsultan kurator.
Enam desainer atau label busana Indonesia yang terlibat dalam gelaran ini adalah Dian Pelangi, Khanaan, Itang Yunasz, Rani Hatta, NurZahra dan IKYK. Rancangan dari desainer yang terpilih akan menampilkan keragaman dan ciri khas masing-masing desainer.
Baca juga: Fashion Lebaran a la Dian Pelangi
"Alhamdullilah ini pencapaian desainer Indonesia bisa tampil di Contemporary Muslim Fashions. Ini adalah sebuah prestasi bersama, tidak hanya yang berangkat tapi juga yang lain. Karena ini akan memajukan industri busana muslim kita," ujar Dian Pelangi dalam jumpa pers di Jakarta.
Dalam gelaran tersebut, Dian Pelangi akan menampilkan tiga koleksi yang diambil dari label KRAMA, Haute Couture "Eredita Srivijaya" untuk Torino Modest Fashion Week dan Alurrealist yang pernah diperagakan pada New York Fashion Week 2017.
Baca juga: Itang Yunasz sebut negara yang cocok untuk pameran busana Muslim
Sementara itu, masuknya Itang Yunasz dalam Contemporary Muslim Fashions merupakan sebuah pengakuan internasional atas kiprahnya sebagai desainer busana modest. Seperti Dian Pelangi, Itang pun akan menampilkan tiga busana dalam fashion show pembukaan gelaran tersebut. Tema yang diambil olehnya adalah "Tribalux Sumba".
"Ini adalah kebanggaan yang enggak bisa ternilai. Karena ini sesuatu yang menyangkut agama yang saya anut tapi jadi bisa diterima dalam sebuah penampilan. Indonesia punya sesuatu yang kuat tentang itu semua. Ini suatu kehormatan bisa berangkat ke sana," jelas Itang.
Dalam Contemporary Muslim Fashions, Indonesia akan bertemu dengan desainer dari berbagai negara lain. Diharapkan, keenam desainer ini mampu mengenalkan modest fashion Indonesia dan mendatangkan pembeli. (Editor : Fitri Supratiwi).
Contemporary Muslim Fashions akan berlangsung mulai 22 September 2018 sampai Januari 2019 di De Young Museum, Fine Arts Museum of San Francisco. Pameran ini dikurasi oleh Jill D'Alessandro dan Laura L Camerlengo serta Reina Lewis, Profesor Studi Budaya di London College of Fashion sebagai konsultan kurator.
Enam desainer atau label busana Indonesia yang terlibat dalam gelaran ini adalah Dian Pelangi, Khanaan, Itang Yunasz, Rani Hatta, NurZahra dan IKYK. Rancangan dari desainer yang terpilih akan menampilkan keragaman dan ciri khas masing-masing desainer.
Baca juga: Fashion Lebaran a la Dian Pelangi
"Alhamdullilah ini pencapaian desainer Indonesia bisa tampil di Contemporary Muslim Fashions. Ini adalah sebuah prestasi bersama, tidak hanya yang berangkat tapi juga yang lain. Karena ini akan memajukan industri busana muslim kita," ujar Dian Pelangi dalam jumpa pers di Jakarta.
Dalam gelaran tersebut, Dian Pelangi akan menampilkan tiga koleksi yang diambil dari label KRAMA, Haute Couture "Eredita Srivijaya" untuk Torino Modest Fashion Week dan Alurrealist yang pernah diperagakan pada New York Fashion Week 2017.
Baca juga: Itang Yunasz sebut negara yang cocok untuk pameran busana Muslim
Sementara itu, masuknya Itang Yunasz dalam Contemporary Muslim Fashions merupakan sebuah pengakuan internasional atas kiprahnya sebagai desainer busana modest. Seperti Dian Pelangi, Itang pun akan menampilkan tiga busana dalam fashion show pembukaan gelaran tersebut. Tema yang diambil olehnya adalah "Tribalux Sumba".
"Ini adalah kebanggaan yang enggak bisa ternilai. Karena ini sesuatu yang menyangkut agama yang saya anut tapi jadi bisa diterima dalam sebuah penampilan. Indonesia punya sesuatu yang kuat tentang itu semua. Ini suatu kehormatan bisa berangkat ke sana," jelas Itang.
Dalam Contemporary Muslim Fashions, Indonesia akan bertemu dengan desainer dari berbagai negara lain. Diharapkan, keenam desainer ini mampu mengenalkan modest fashion Indonesia dan mendatangkan pembeli. (Editor : Fitri Supratiwi).