1.000 Tenong Meriahkan Tradisi Nyadran Kembangsari Temanggung
Temanggung (Antaranews Jateng) - Sebanyak 1.000 tenong dibawa warga Desa Kembangsari, Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat, dalam tradisi nyadran di lapangan desa setempat.
Tenong merupakan bakul bundar sebagai wadah makanan dari anyaman bambu, berisi nasi dan lauk-pauk seperti ingkung, ikan air tawar, dan tempe.
Dalam tradisi nyadran tersebut setiap keluarga membawa satu tenong. Mereka berombongan satu keluarga menuju lapangan desa sambil membawa satu lembar utuh daun pisang.
Setelah sampai lapangan daun pisang itu digelar memanjang secara rapat dengan daun pisang keluarga yang lain dan tenong diletakkan di sekitar daun pisang.
Beberapa saat kemudian pemuka agama setempat memimpin doa dan setelah itu makanan dikeluarkan dari dalam tenong dan ditaruh di atas daun pisang. Mereka kemudian memakannya secara bersama-sama.
Kades Kembangsari Mujiyanto mengatakan nyadran ini merupakan tradisi tahunan yang dilakukan setiap Jumat pon bulan Rajab.
"Kegiatan ini untuk memperingati berdirinya Desa Kembangsari guna menhormati Kiai Ibrahim atau mabah Jenggot sebagai `cikal bakal` Desa Kembangsari," katanya.
Ia menuturkan kegiatan ini juga sebagai rasa syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan rezeki di Desa Kembangsari.
Ia mengatakan Desa Kembangsari terdiri atas 1.400 keluarga yang tersebar di tujuh dusun.
Ia menuturkan sebelumnya kegiatan nyadran dilakasanakan di setiap dusun masing-masing, namun dalam dua tahun terakhir dilakukan bersama-sama di lapangan Desa Kembangsari.
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung, Didik Nuryanto, mengatakan tradisi nyadran ini merupakan salah satu potensi budaya di Desa Kembangsari yang perlu dilestarikan.
"Ke depan, budaya kebersamaan dan kegotongroyongan masyarakat ini perlu dilestarikan. Kami akan memberikan bimbingan teknis untuk prosesi upacara adatnya agar lebih menarik," katanya
Tenong merupakan bakul bundar sebagai wadah makanan dari anyaman bambu, berisi nasi dan lauk-pauk seperti ingkung, ikan air tawar, dan tempe.
Dalam tradisi nyadran tersebut setiap keluarga membawa satu tenong. Mereka berombongan satu keluarga menuju lapangan desa sambil membawa satu lembar utuh daun pisang.
Setelah sampai lapangan daun pisang itu digelar memanjang secara rapat dengan daun pisang keluarga yang lain dan tenong diletakkan di sekitar daun pisang.
Beberapa saat kemudian pemuka agama setempat memimpin doa dan setelah itu makanan dikeluarkan dari dalam tenong dan ditaruh di atas daun pisang. Mereka kemudian memakannya secara bersama-sama.
Kades Kembangsari Mujiyanto mengatakan nyadran ini merupakan tradisi tahunan yang dilakukan setiap Jumat pon bulan Rajab.
"Kegiatan ini untuk memperingati berdirinya Desa Kembangsari guna menhormati Kiai Ibrahim atau mabah Jenggot sebagai `cikal bakal` Desa Kembangsari," katanya.
Ia menuturkan kegiatan ini juga sebagai rasa syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan rezeki di Desa Kembangsari.
Ia mengatakan Desa Kembangsari terdiri atas 1.400 keluarga yang tersebar di tujuh dusun.
Ia menuturkan sebelumnya kegiatan nyadran dilakasanakan di setiap dusun masing-masing, namun dalam dua tahun terakhir dilakukan bersama-sama di lapangan Desa Kembangsari.
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung, Didik Nuryanto, mengatakan tradisi nyadran ini merupakan salah satu potensi budaya di Desa Kembangsari yang perlu dilestarikan.
"Ke depan, budaya kebersamaan dan kegotongroyongan masyarakat ini perlu dilestarikan. Kami akan memberikan bimbingan teknis untuk prosesi upacara adatnya agar lebih menarik," katanya