Peluru Kendali Hipersonik Buka Babak baru Perlombaan Senjata
Jakarta, Antara Jateng - Amerika Serikat dilaporkan tengah mengembangkan peluru kendali hipersonik yang bisa melesat lebih dari Mach 5 (lima kali kecepatan suara), yang diramalkan bisa menjadi basis baru perlombaan senjata.
Senjata baru Amerika Serikat itu dinamakan Konsep Senjata Berbasis Udara Hipersonik (HAWC), yang menjadi program gabungan Angkatan Udara Amerika Serikat dan Badan Penelitian Lanjutan Proyek Pertahanan (DARPA).
Angkatan Udara Amerika Serikat diketahui sukses menguji coba senjata baru serupa ini, X-51 WaveRider, yang rupanya mirip pesawat tempur mini, yang bisa mencapai kecepatan maksimalnya 200 detik setelah diluncurkan.
Senjata baru ini sangat responsif, berjarak jangkau jauh, mampu menangkal target yang diberi sistem pertahanan sangat peka atas waktu.
Laman www.businessinsider.com, Rabu, menyatakan, peluru kendali yang mampu melesat sedemikian cepat itu sangat sulit untuk ditangkal; dan jikapun sempat, hanya sedikit sekali waktu tersisa untuk mengantisipasi.
Pentagon menyatakan, terbang antar benua bagi peluru kendali itu tidak lagi memerlukan waktu berjam-jam dengan momentum yang sangat luar biasa.
Pada kecepatan Mach 5 alias lebih dari 3.806 mil laut perjam, jarak San Fransisko-Semenanjung Korea cuma kurang dari dua jam saja. Jika sistem pertahanan udara diaktifkan pada jarak deteksinya, maka sistem pertahanan udara itu bisa dibilang tidak lagi berguna.
Penyebabnya, kecepatan lesat peluru kendali itu yang sangat cepat. Jika jarak jangkau sistem pertahanan udara katakanlah Iron Dome buatan Israel maksimal adalah 70 kilometer, maka waktu untuk sasaran bereaksi mengantisipasi kurang dari tiga detik. Sangat cepat!
Sejauh ini, hanya beberapa negara yang tertarik mengembangkan sistem senjata berkecepatan di atas Mach 5 ini, di antaranya India dan Rusia. Jika sistem senjata ini sudah paripurna maka dipastikan akan mengubah arsitektur pertempuran dan peperangan pada masa depan.
Sistem dan teknologi pertahanan peluru kendali harus diubah habis-habisan secara revolusioner dan kapal perang menjadi sangat terancam.
Akan tetapi, ada sedikit celah untuk menangkal, yaitu mencegah sejak awal agar peluru kendali 5 Mach ini tidak bisa diluncurkan. Ini juga mengubah cara berpikir para perencana perang sehingga bergegas pada aksi ofensif.
Teknologi peluru kendali di atas Mach 5 ini sangat mahal sehingga hanya sedikit negara yang bertekad mengembangkan dia.
Jurubicara DARPA ditanya tentang seberapa canggih daya kerjanya ketimbang sistem yang lain, menjawab, Sistem ini akan menyumbang penting terhadap masa depan operasi ofensif Amerika Serikat.
Mereka juga sangat tertarik untuk mengembangkan HAWC yang ditempatkan pada basis pesawat pembom strategis.
Demonstrasi terbang HAWC menunjukkan tantangan tiga teknologi kritis yang harus dikuasasi, yaitu kelayakan wahana udaranya, efektivitas, dan keberlanjutannya.
Teknologi langsung yang terkait adalah tentang wahana terbang pembawa HAWC yang efisien dan efektif pada kecepatan hipersonik, sistem penggerak scram-jet hidrokarbon, manajemen titik-titik panas dalam penerbangan kecepatan ekstrim tinggi, dan sistem perancangan serta manufakturnya.
Sebagai ilustrasi, pesawat tempur paling cepat yang pernah masuk jajaran operasional --bukan eksperimental-- adalah SR71 Blackbird series dari Lockheed, dengan kecepatan maksimal sedikit di atas Mach 3,5.
Dia berbahan dasar titanium dan saat mendarat, temperatur permukaan kulitnya jauh di atas titik didih air, sehingga diperlukan waktu puluhan menit sebelum dia bisa disentuh teknisi untuk membuka pintunya agar pilot bisa keluar.
Senjata baru Amerika Serikat itu dinamakan Konsep Senjata Berbasis Udara Hipersonik (HAWC), yang menjadi program gabungan Angkatan Udara Amerika Serikat dan Badan Penelitian Lanjutan Proyek Pertahanan (DARPA).
Angkatan Udara Amerika Serikat diketahui sukses menguji coba senjata baru serupa ini, X-51 WaveRider, yang rupanya mirip pesawat tempur mini, yang bisa mencapai kecepatan maksimalnya 200 detik setelah diluncurkan.
Senjata baru ini sangat responsif, berjarak jangkau jauh, mampu menangkal target yang diberi sistem pertahanan sangat peka atas waktu.
Laman www.businessinsider.com, Rabu, menyatakan, peluru kendali yang mampu melesat sedemikian cepat itu sangat sulit untuk ditangkal; dan jikapun sempat, hanya sedikit sekali waktu tersisa untuk mengantisipasi.
Pentagon menyatakan, terbang antar benua bagi peluru kendali itu tidak lagi memerlukan waktu berjam-jam dengan momentum yang sangat luar biasa.
Pada kecepatan Mach 5 alias lebih dari 3.806 mil laut perjam, jarak San Fransisko-Semenanjung Korea cuma kurang dari dua jam saja. Jika sistem pertahanan udara diaktifkan pada jarak deteksinya, maka sistem pertahanan udara itu bisa dibilang tidak lagi berguna.
Penyebabnya, kecepatan lesat peluru kendali itu yang sangat cepat. Jika jarak jangkau sistem pertahanan udara katakanlah Iron Dome buatan Israel maksimal adalah 70 kilometer, maka waktu untuk sasaran bereaksi mengantisipasi kurang dari tiga detik. Sangat cepat!
Sejauh ini, hanya beberapa negara yang tertarik mengembangkan sistem senjata berkecepatan di atas Mach 5 ini, di antaranya India dan Rusia. Jika sistem senjata ini sudah paripurna maka dipastikan akan mengubah arsitektur pertempuran dan peperangan pada masa depan.
Sistem dan teknologi pertahanan peluru kendali harus diubah habis-habisan secara revolusioner dan kapal perang menjadi sangat terancam.
Akan tetapi, ada sedikit celah untuk menangkal, yaitu mencegah sejak awal agar peluru kendali 5 Mach ini tidak bisa diluncurkan. Ini juga mengubah cara berpikir para perencana perang sehingga bergegas pada aksi ofensif.
Teknologi peluru kendali di atas Mach 5 ini sangat mahal sehingga hanya sedikit negara yang bertekad mengembangkan dia.
Jurubicara DARPA ditanya tentang seberapa canggih daya kerjanya ketimbang sistem yang lain, menjawab, Sistem ini akan menyumbang penting terhadap masa depan operasi ofensif Amerika Serikat.
Mereka juga sangat tertarik untuk mengembangkan HAWC yang ditempatkan pada basis pesawat pembom strategis.
Demonstrasi terbang HAWC menunjukkan tantangan tiga teknologi kritis yang harus dikuasasi, yaitu kelayakan wahana udaranya, efektivitas, dan keberlanjutannya.
Teknologi langsung yang terkait adalah tentang wahana terbang pembawa HAWC yang efisien dan efektif pada kecepatan hipersonik, sistem penggerak scram-jet hidrokarbon, manajemen titik-titik panas dalam penerbangan kecepatan ekstrim tinggi, dan sistem perancangan serta manufakturnya.
Sebagai ilustrasi, pesawat tempur paling cepat yang pernah masuk jajaran operasional --bukan eksperimental-- adalah SR71 Blackbird series dari Lockheed, dengan kecepatan maksimal sedikit di atas Mach 3,5.
Dia berbahan dasar titanium dan saat mendarat, temperatur permukaan kulitnya jauh di atas titik didih air, sehingga diperlukan waktu puluhan menit sebelum dia bisa disentuh teknisi untuk membuka pintunya agar pilot bisa keluar.