"Kita sudah melakukan rapat teknis merumuskan kerangka operasional untuk menyambut tim penilai dari provinsi dan pusat yang direncanakan akan datang pada 21 Oktober 2015," kata Plt Dinas Pertanian Tanah Datar Khairudin di Batusangkar, Kamis.
Ia menyebut pengembangan teknologi padi "Salibu" di Tanah Datar dipusatkan di Kecamatan Pariangan sehingga diharapkan penyuluh pertanian dan petani disana dapat mempersiapkan diri untuk ikut kompetisi.
Sementara itu, Kepala UPT Dinas Pertanian Kecamatan Pariangan Irdawati mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan ekspos mengenai visi dan misi serta bentuk-bentuk pelayanan publik berupa pelayanan administrasi dan pelayanan teknis.
"Salah satu pelayanan publik yang telah dilaksanakan kepada kelompok tani, kelompok produsen pertanian organik, pengusaha di bidang pertanian, PKK dan kelompok usaha masyarakat yang bergerak di bidang pertanian," katanya.
Ia menjelaskan teknologi Padi "Salibu" yang sudah menjadi ikon pertanian Kabupaten Tanah Datar, sudah ada dari dahulu kala merupakan padi yang tumbuh dari batang padi bekas panen yang terlambat pengolahan lahan karena kekurangan tenaga kerja pada waktu itu.
Bermula hasil panen Padi "Salibu" yang tumbuh seadanya dan berproduksi seadanya, sebagai awal dari inovasi teknologi "Salibu" hingga berkembang sampai sekarang.
Ia menjelaskan teknologi padi "Salibu" dapat meningkatkan hasil panen padi sekitar 4-6 ton/hektare dalam setahun.
"Hasil uji coba di tingkat petani, panen padi Salibu cukup bagus dan mengalami peningkatan antara 10-20 persen dibanding panen tanaman awal," katanya.
Ia mengatakan sistem padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah.
Tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga aliran unsur hara tidak lagi tergantung pada batang lama dan membuat pertumbuhan serta produksinya sama atau lebih dibanding tanaman awalnya.
Teknologi padi "Salibu" meningkatkan indek panen karena petani tidak lagi melakukan pengolahan tanah dan persemaian, sehingga rentang waktu produksi lebih pendek.
Ia menambahkan teknologi ini juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul, karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara tunas sehingga mutu varietas tetap sama dengan tanaman awal.
Pada budidaya padi "Salibu", ada beberapa faktor yang mempengaruhi yakni tinggi pemotongan batang, varietas yang digunakan, kondisi air tanah setelah panen, dan pemupukan tanaman.
Pertumbuhan tunas setelah dipotong sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air tanah, dan pada saat panen sebaiknya air tanah dalam kondisi kapasitas lapang.
Secara ekonomis, sistem padi "Salibu" dapat menghemat biaya produksi sebesar 30 persen dan menekan biaya usaha tani antara Rp2-2,5 juta/hektare dalam sekali panen.
Berita Terkait
Pustakawan: Perpustakaan bisa gunakan teknologi AI untuk gaet Gen Z
Kamis, 12 Desember 2024 7:32 Wib
"DevFest 2024" buka pintu inovasi teknologi di Jateng
Selasa, 3 Desember 2024 20:47 Wib
UMS usung pengembangan teknologi pada ISETH 2024
Kamis, 21 November 2024 8:32 Wib
Pakar: Regulasi AI harus cakup perlindungan data
Selasa, 19 November 2024 17:21 Wib
PLN dukung pemerintah capai 75 persen energi terbarukan hingga 2040
Rabu, 13 November 2024 15:23 Wib
Kalbe Nutritionals hadirkan nutrisi terbaik
Selasa, 12 November 2024 16:14 Wib
Dosen UNS riset teknologi pengisian baterai untuk motor listrik
Rabu, 30 Oktober 2024 15:23 Wib
Hakim Agung: Teknologi informasi dukung proses peradilan
Jumat, 25 Oktober 2024 8:37 Wib