"Saya belum tahu latar belakang (atas insiden tersebut). Tetapi saya ingin tegaskan bahwa semua gereja-gereja menolak segala kekerasan," kata Romo Magnis saat dihubungi ANTARA News dari Jakarta, Minggu.
Menurut Romo Magnis yang juga pakar etika politik dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara itu peristiwa pembakaran mushala di Tolikara harus ditindak secara tegas oleh aparat hukum.
"Kami tidak mengizinkan kekerasan, ini harus ditindak. Dan pada prinsipnya, pelaksanaan ibadah tidak boleh dibatasi," tegas Romo Magnis.
Romo Magnis juga mengaku merasa janggal atas dengan peristiwa pengrusakan rumah ibadah tersebut yang merupakan kejadian pertama di Papua. Selama ini, lanjut Romo Magnis, tenggang rasa antar umat agama di Papua terjalin dengan baik.
"Ini aneh, baru pertama kali terjadi. Mengapa? Harus ditelusuri," ujarnya. Lebih lanjut, ia pun meminta pemerintah segera bertindak cepat dan memastikan agar insiden tersebut tidak terulang.
Bahkan, tambahnya, pemerintah bisa membentuk tim khusus apabila memang diperlukan. Namun yang terpenting, menurut Romo Magnis, harus melibatkan orang-orang Papua.
"Pemerintah harus melibatkan orang-orang bersangkutan terutama di Papua dan bersama-bersama memastikan apa penyebab peristiwa itu terjadi agar sesuatu seperti itu tidak terulang. Di Papua belum pernah terjadi sebelumnya, Papua jangan seperti di Jawa," tutut Romo Magnis.