BPSDM Jateng Kewalahan Penuhi Tenaga Industri Garmen
"Seperti halnya tahun lalu pada tahun ini kami juga menargetkan bisa meluluskan 3.000 peserta," ujar Kepala BPSDM Jateng Ismanto di Semarang, Rabu.
Menurutnya para peserta diberikan pelatihan mulai dari membuat pola hingga bisa menjahit pakaian, untuk waktu yang diperlukan yaitu 20 hari.
"Para peserta ini minimal usia 15 tahun tapi kebanyakan berasal dari lulusan SMA, mereka langsung dilatih praktik, ada 1.000 mesin jahit yang kami siapkan untuk pelatihan tersebut," jelasnya.
Selanjutnya, kata dia, para peserta pelatihan yang sudah bisa menjahit langsung disalurkan ke sejumlah perusahaan garmen di Jawa Tengah dan pada tahun lalu hampir semua peserta bisa masuk ke industri garmen.
"Ada beberapa yang keluar karena pindah kerja atau tidak kerasan, itu wajar terjadi tapi jumlahnya hanya sedikit," tambahnya.
Sebetulnya, menurut dia, kebutuhan tenaga kerja di bidang garmen untuk Jateng mencapai 5.000 orang setiap tahun dan BPSDM belum bisa menyediakan kebutuhan tersebut karena terkendala oleh anggaran.
"Harapan kami ke depan akan ada anggaran tambahan untuk bisa mencetak lebih banyak peserta pelatihan lagi, selain itu kemungkinan kami juga akan menambah pelatihan bidang Teknologi Informasi," ujarnya yang enggan mengatakan total anggaran pelatihan.
Sebelumnya Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Semarang Agung Wahono mengatakan Jateng membutuhkan ribuan tenaga kerja terampil seiring perpindahan sejumlah pabrik garmen di wilayah ini.
"Harapan kami Pemerintah daerah bisa menangkap peluang tersebut dengan mempersiapkan SDM terampil untuk mendorong sektor industri garmen dan tekstil di Jawa Tengah," tukasnya.