Siang itu, Senin (27/1) suasana kesibukan yang memburu amat terasa di Posko Darurat Banjir ACT di Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. Letaknya sekitar 5 kilometer arah timur Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Di tengah hawa panas mencekat khas wilayah pesisir utara Jakarta, tiga laki-laki tangguh terlihat berseragam Sukarelawan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Sesekali menyeka peluh yang mengucur membasahi wajah mereka. Mereka adalah para pejuang kemanusiaan yang tak kenal lelah.
Mereka mengejar waktu. Menyiapkan pasokan konsumsi makan siang bagi ratusan pengungsi korban banjir Tegal Alur. Seorang sukarelawan terlihat sibuk dengan tanggung jawabnya sebagai koki, merebus ratusan butir telur ayam, sedangkan dua orang sukarelawan lainnya berjibaku mengangkat wajan besar berisi penuh 400 potong daging ayam siap disemur.
Mereka bekerja di Posko Darurat Banjir ACT ini selama 24 jam. Untuk menyiapkan makanan siap saji di posko ini, mereka mulai berbelanja bahan-bahan makanan sejak pukul 3.00 pagi. Kemudian, sebelum subuh sukarelawan memasak di dapur umum kerja sama ACT dengan mitra Adira Group (Adira Finance, Adira Kredit dan Adira Insurance). Masakan dibuat untuk tiga kali makan 400 pengungsi . Bayangkan! Untuk menyiapkan makan sebanyak itu dikerjakan oleh hanya tiga orang sukarelawan.
Tenaga sukarelawan di sini, kami hanya bertiga, sangat tak memadai untuk menyiapkan dan mendistribusikan lebih dari 1.000 bungkus nasi tiap harinya, jelas Debil, koordinator sukarelawan Posko Banjir Tegal Alur.
Terhitung sejak Sabtu hingga Senin (25-27/1/2014), Posko ACT Tegal Alur hanya dibantu tiga orang sukarelawan. Debil bersama dua sukarelawan rekan kerjanya, Agung dan Rijal mau tak mau harus rela menyiapkan tenaga penuh, bahu membahu menghidupkan dapur umum. Tak kenal lelah, mereka konsumsi bagi korban banjir Tegal Alur.
Kondisi yang terjadi di Posko Tegal Alur merupakan imbas dari minimnya jumlah tenaga sukarelawan yang benar-benar siap menjadi sukarelawan yang bertugas selama 24 jam dan ditempatkan di posko masing-masing. Kebutuhan tenaga sukarelawan masih belum merata untuk mengisi tiap-tiap posko darurat banjir yang didirikan ACT.
Menyadari kondisi yang terjadi, Debil tak mau menuntut lebih. Sambil menunggu tambahan tenaga sukarelawan, ia harus berusaha membangun dapur umum ACT tetap mengepul.
Sebisa mungkin semua urusan dapur umum kami kerjakan bertiga, mulai dari belanja bahan makanan, menanak nasi, memasak sayur, menyiapkan lauk-pauk, membungkus makanan, hingga proses distribusi, ungkap Debil di sela-sela kepulan asap semur ayam yang menyeruakkan wangi khas rempah-rempah.
Menjadi sukarelawan di tengah kondisi darurat bencana memang dituntut untuk memiliki ketangguhan di atas rata-rata. Meski berselubung kendala, segala usaha tetap harus dilakukan demi meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena bencana alam. Debil, Agung, dan Rijal, tiga orang sukarelawan yang bertugas di Dapur Umum Tegal Alur menjadi salah satu contoh orang-orang biasa dengan peran yang luar biasa.