Rektor UMP ajak jamaah jadi insan kamil di tengah godaan duniawi
Keteladanan pengorbanan Nabi Ibrahim dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan persoalan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara
Purwokerto (ANTARA) - Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Assoc Prof Dr Jebul Suroso menjadi khotib pada Shalat Id di halaman Masjid At-Tadjiid, Kampus II UMP, Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
Dalam khutbahnya, Rektor menekankan pentingnya pemahaman mendalam mengenai makna kurban dan meneladani kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
"Idul Adha sering disebut sebagai 'Idul Kurban' yang berarti Hari Raya Penyembelihan. Setiap muslim yang mampu diharuskan menyembelih hewan kurban pada hari nahar tanggal 10 atau hari tasyrik tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah. Daging kurban itu dibagikan kepada yang memerlukan dan sebagian boleh dikonsumsi sendiri," jelasnya.
Menurut dia, kurban bukan sekadar pesta konsumsi daging, tetapi harus dipahami sebagai praktik keagamaan yang berakar dari pengorbanan besar Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
"Kita harus memaknai Idul Kurban sebagai upaya menjadi insan kamil, manusia yang sempurna dalam ketaqwaan kepada Allah SWT," katanya.
Ole karena itu, dia mengajak jamaah untuk belajar dari kisah keteladanan Nabi Ibrahim.
Menurut dia, Nabi Ibrahim menunjukkan keteguhan iman, kepemimpinan yang demokratis, dan keikhlasan dalam tindakan.
"Ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim menjalankannya dengan penuh keikhlasan dan meminta pendapat anaknya, yang dengan penuh keimanan menjawab untuk melaksanakan perintah Allah," ungkapnya.
Baca juga: Yaya wakili wisuda mendiang anak semata wayang di UMP
Lebih lanjut, Rektor menegaskan pentingnya menjadi insan kamil di tengah godaan duniawi yang semakin kompleks.
Menurut dia, proses menjadi insan kamil, manusia yang sempurna, harus dimulai dari keluarga.
“Keteladanan pengorbanan Nabi Ibrahim dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan persoalan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara," ungkapnya.
Dalam konteks pendidikan, dia mengingatkan para orang tua untuk menerapkan prinsip-prinsip demokratis dan ikhlas dalam mendidik anak.
"Menjadi orang tua yang komunikatif dan demokratis sangat penting. Seperti Nabi Ibrahim yang selalu memberi kesempatan kepada Ismail untuk menyampaikan pendapatnya, kita juga harus mendidik anak-anak kita dengan penuh kesabaran dan keikhlasan," ujarnya.
Ia juga menyampaikan pesan penting tentang menghadapi tantangan pendidikan di era keterbukaan informasi.
Menurut dia, keterbukaan era komunikasi membawa dampak positif dan negatif.
“Kita harus lebih waspada dan bijak dalam mendidik anak agar tetap teguh dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT," katanya.
Mengakhiri khutbahnya, Rektor mengajak seluruh jamaah untuk selalu bermuhasabah dan meningkatkan keimanan.
"Mari kita belajar dari keteladanan Nabi Ibrahim untuk menjadi insan kamil, manusia yang sempurna di hadapan Allah SWT," tegasnya. (tgr)
Baca juga: UMP peroleh hibah penelitian dan pengabdian masyarakat dari Kemdikbudristek
Baca juga: Sentra Halal UMP gelar Bimtek Juru Sembelih Halal 2024
Dalam khutbahnya, Rektor menekankan pentingnya pemahaman mendalam mengenai makna kurban dan meneladani kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
"Idul Adha sering disebut sebagai 'Idul Kurban' yang berarti Hari Raya Penyembelihan. Setiap muslim yang mampu diharuskan menyembelih hewan kurban pada hari nahar tanggal 10 atau hari tasyrik tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah. Daging kurban itu dibagikan kepada yang memerlukan dan sebagian boleh dikonsumsi sendiri," jelasnya.
Menurut dia, kurban bukan sekadar pesta konsumsi daging, tetapi harus dipahami sebagai praktik keagamaan yang berakar dari pengorbanan besar Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
"Kita harus memaknai Idul Kurban sebagai upaya menjadi insan kamil, manusia yang sempurna dalam ketaqwaan kepada Allah SWT," katanya.
Ole karena itu, dia mengajak jamaah untuk belajar dari kisah keteladanan Nabi Ibrahim.
Menurut dia, Nabi Ibrahim menunjukkan keteguhan iman, kepemimpinan yang demokratis, dan keikhlasan dalam tindakan.
"Ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim menjalankannya dengan penuh keikhlasan dan meminta pendapat anaknya, yang dengan penuh keimanan menjawab untuk melaksanakan perintah Allah," ungkapnya.
Baca juga: Yaya wakili wisuda mendiang anak semata wayang di UMP
Lebih lanjut, Rektor menegaskan pentingnya menjadi insan kamil di tengah godaan duniawi yang semakin kompleks.
Menurut dia, proses menjadi insan kamil, manusia yang sempurna, harus dimulai dari keluarga.
“Keteladanan pengorbanan Nabi Ibrahim dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan persoalan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara," ungkapnya.
Dalam konteks pendidikan, dia mengingatkan para orang tua untuk menerapkan prinsip-prinsip demokratis dan ikhlas dalam mendidik anak.
"Menjadi orang tua yang komunikatif dan demokratis sangat penting. Seperti Nabi Ibrahim yang selalu memberi kesempatan kepada Ismail untuk menyampaikan pendapatnya, kita juga harus mendidik anak-anak kita dengan penuh kesabaran dan keikhlasan," ujarnya.
Ia juga menyampaikan pesan penting tentang menghadapi tantangan pendidikan di era keterbukaan informasi.
Menurut dia, keterbukaan era komunikasi membawa dampak positif dan negatif.
“Kita harus lebih waspada dan bijak dalam mendidik anak agar tetap teguh dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT," katanya.
Mengakhiri khutbahnya, Rektor mengajak seluruh jamaah untuk selalu bermuhasabah dan meningkatkan keimanan.
"Mari kita belajar dari keteladanan Nabi Ibrahim untuk menjadi insan kamil, manusia yang sempurna di hadapan Allah SWT," tegasnya. (tgr)
Baca juga: UMP peroleh hibah penelitian dan pengabdian masyarakat dari Kemdikbudristek
Baca juga: Sentra Halal UMP gelar Bimtek Juru Sembelih Halal 2024