Purwokerto (ANTARA) - Pasangan suami-istri asal Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Yaya dan Yanti Tantiawati mewakili mendiang anak semata wayang mereka, Gilang Ramadhan, dalam Wisuda Ke-74 Magister, Sarjana, dan Ahli Madya, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Dalam wisuda yang digelar di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Banyumas, Sabtu, ijazah Gilang Ramadhan diserahkan oleh Rektor UMP Jebul Suroso didampingi Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Naelati Tubastuvi kepada ayahanda almarhum, Yaya didampingi istri dan seorang keponakan yang membawa foto mendiang Gilang.
Penyerahan ijazah tersebut dilakukan setelah seluruh wisudawan menjalani prosesi wisuda dan diawali dengan pemutaran video pendek yang menampilkan foto-foto mendiang Gilang Ramadhan saat mengikuti berbagai kegiatan di kampus.
Saat menerima ijazah anaknya, Yaya tampak berusaha untuk tetap tegar, sedangkan Yanti terlihat menangis tersedu.
Setelah menyerahkan ijazah, Rektor UMP Jebul Suroso menyampaikan sejumlah pesan untuk memberi kekuatan dan ketegaran bagi kedua orang tua almarhum Gilang Ramadhan.
Ditemui setelah acara wisuda, Rektor mengatakan kebahagiaan perguruan tinggi itu pada acara Wisuda Ke-74 yang diikuti 301 wisudawan, juga mengiringi kebahagiaan salah satu orang tua/wali yang putranya telah menyelesaikan pendidikan dan layak untuk wisuda, tetapi yang bersangkutan meninggal dunia.
Dalam hal ini, kata dia, almarhum Gilang yang tercatat sebagai mahasiswa Program Studi S1 Manajemen FEB Angkatan 2020 telah menyelesaikan skripsi dan sudah menjalani yudisium, sehingga tinggal menunggu wisuda.
Bahkan, lanjut dia, almarhum Gilang semasa hidupnya aktif dalam berbagai kegiatan akademik, prestasi akademiknya tergolong bagus, dan menyelesaikan pendidikan selama 3,5 tahun dengan meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) di atas 3,5.
"Apresiasi kami adalah kami tetap undang beliau (orang tua almarhum Gilang), kami berikan ijazahnya dan sebenarnya akan kami berikan juga beasiswa untuk saudaranya cuma kebetulan yang bersangkutan adalah anak tunggal," katanya.
Menurut dia, teknis lebih lanjut akan dikomunikasikan dengan pihak keluarga supaya silaturahmi tidak terputus.
Lebih lanjut dia mengatakan 301 wisudawan yang mengikuti Wisuda Ke-74 merupakan mahasiswa-mahasiswa yang harus dipercepat proses wisudanya karena telah menyelesaikan pendidikan dan sudah menjalani yudisium.
"Kalau menunggu di periode September atau Februari, lebih lama. Harapannya, mereka bisa lebih cepat untuk mendapatkan pekerjaan atau memulai membuat pekerjaan," kata Rektor.
Dalam kesempatan terpisah ayahanda almarhum Gilang, Yaya mengatakan anaknya meninggal dunia karena sakit mendadak sepulang dari Purwokerto sekitar 100 hari sebelum wisuda.
Beberapa hari sebelum meninggal dunia, kata dia, Gilang memintanya untuk datang ke Purwokerto. Ia mengaku sempat berbincang-bincang dengan anaknya, namun tidak ada sesuatu yang disampaikan oleh Gilang sebelum meninggal dunia.
"Saya ke sini, hari Rabu, menjemput. Hari Kamis, dia mendadak sakit, dan hari Sabtunya dia meninggal," katanya.