Stunting di Semarang tersisa 825 kasus
Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebutkan bahwa temuan anak yang mengalami stunting di wilayah tersebut saat ini tinggal menyisakan 825 kasus.
Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis, berharap inovasi-inovasi berkelanjutan dari berbagai pihak, khususnya Dinas Kesehatan terus dilakukan untuk menekan angka stunting.
"Ini sudah bulan Juni, saya minta ke Pak Hakam (Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang) harus nol persen. Ini adalah kemauan kita bersama. Di sini kita harapkan inovasi-inovasi ini jangan hanya cuma launching, tapi diimplementasikan, dipraktikkan," katanya.
Hal tersebut disampaikannya saat "Rembug Stunting di Kota Semarang" yang mengundang seluruh pemangku kepentingan terkait untuk membahas pencapaian target "Zero Stunting 2024".
Ia meminta penanganan dan pencegahan stunting masif dilakukan, khususnya melalui kolaborasi dan sinergi yang memang sangat diperlukan untuk mewujudkan Kota Semarang bebas dari permasalahan stunting.
Karena itu, kata dia, identifikasi atau pemeriksaan secara berkala bagi calon ibu, ibu hamil, dan balita harus dilakukan secara rutin sebagai bentuk langkah pencegahan secara konsisten.
"Karena kita tahu stunting tidak bisa selesai sendiri, sehingga kita harus bersama-sama. Karena namanya identifikasi stunting juga bisa dari berbagai macam," katanya.
"Indikator stunting juga banyak sekali, sehingga diharapkan dengan adanya kolaborasi dan masukan dari masyarakat, Insya Allah stunting akan semakin turun," kata Ita.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Semarang Abdul Hakam memastikan bahwa kegiatan penanganan stunting terus dilakukan dan terus ada evaluasi agar angka stunting di Kota Semarang turun.
Saat ini, inovasi yang digencarkan adalah Layanan Pendamping Tubuh Kembang dengan Aplikasi Sayang Anak IoT Antropometri Guna Mewujudkan Semarang Zero Stunting (Lional Messi).
Ia berharap Inovasi tersebut bisa memberikan penilaian kesehatan pada penderita stunting dengan mudah dan akurat, dengan menempatkan di setiap puskesmas di Kota Semarang,
"Di DKK (Kantor Dinkes), Lional Messi ini berdiri atau tiduran itu langsung akan keluar skornya. Karena saat menilai stunting, 'under weight' itu akan melakukan perhitungan dengan skor," katanya.
Selain mengembangkan inovasi, Hakam mengatakan bahwa pihaknya juga terus bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk menciptakan produk-produk penanganan stunting berbasis digital, seperti Robot Stunting yang mampu menjelaskan keadaan atau kondisi kesehatan anak.
“Untuk Robot Stunting, punya Kominfo sama Udinus, dari hasil skor kemudian sama robot itu dibaca, masuk di stunting atau di 'under weight'. Nanti kemudian robot akan menjelaskan hasilnya, maka harus ikut posyandu setiap hari, harus mendapatkan PMT (pemberian makanan tambahan) tiap bulan," katanya.
Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis, berharap inovasi-inovasi berkelanjutan dari berbagai pihak, khususnya Dinas Kesehatan terus dilakukan untuk menekan angka stunting.
"Ini sudah bulan Juni, saya minta ke Pak Hakam (Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang) harus nol persen. Ini adalah kemauan kita bersama. Di sini kita harapkan inovasi-inovasi ini jangan hanya cuma launching, tapi diimplementasikan, dipraktikkan," katanya.
Hal tersebut disampaikannya saat "Rembug Stunting di Kota Semarang" yang mengundang seluruh pemangku kepentingan terkait untuk membahas pencapaian target "Zero Stunting 2024".
Ia meminta penanganan dan pencegahan stunting masif dilakukan, khususnya melalui kolaborasi dan sinergi yang memang sangat diperlukan untuk mewujudkan Kota Semarang bebas dari permasalahan stunting.
Karena itu, kata dia, identifikasi atau pemeriksaan secara berkala bagi calon ibu, ibu hamil, dan balita harus dilakukan secara rutin sebagai bentuk langkah pencegahan secara konsisten.
"Karena kita tahu stunting tidak bisa selesai sendiri, sehingga kita harus bersama-sama. Karena namanya identifikasi stunting juga bisa dari berbagai macam," katanya.
"Indikator stunting juga banyak sekali, sehingga diharapkan dengan adanya kolaborasi dan masukan dari masyarakat, Insya Allah stunting akan semakin turun," kata Ita.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Semarang Abdul Hakam memastikan bahwa kegiatan penanganan stunting terus dilakukan dan terus ada evaluasi agar angka stunting di Kota Semarang turun.
Saat ini, inovasi yang digencarkan adalah Layanan Pendamping Tubuh Kembang dengan Aplikasi Sayang Anak IoT Antropometri Guna Mewujudkan Semarang Zero Stunting (Lional Messi).
Ia berharap Inovasi tersebut bisa memberikan penilaian kesehatan pada penderita stunting dengan mudah dan akurat, dengan menempatkan di setiap puskesmas di Kota Semarang,
"Di DKK (Kantor Dinkes), Lional Messi ini berdiri atau tiduran itu langsung akan keluar skornya. Karena saat menilai stunting, 'under weight' itu akan melakukan perhitungan dengan skor," katanya.
Selain mengembangkan inovasi, Hakam mengatakan bahwa pihaknya juga terus bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk menciptakan produk-produk penanganan stunting berbasis digital, seperti Robot Stunting yang mampu menjelaskan keadaan atau kondisi kesehatan anak.
“Untuk Robot Stunting, punya Kominfo sama Udinus, dari hasil skor kemudian sama robot itu dibaca, masuk di stunting atau di 'under weight'. Nanti kemudian robot akan menjelaskan hasilnya, maka harus ikut posyandu setiap hari, harus mendapatkan PMT (pemberian makanan tambahan) tiap bulan," katanya.