Boyolali (ANTARA) - Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengembangkan objek wisata edukasi dan religi berupa miniatur Ka'bah di Sunggingan, Kelurahan Karanggeneng yang banyak dikunjungi wisatawan.
"Wisata religi miniatur Ka'bah ini dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali sehingga yang dipentingkan wisata edukasi religi untuk para pengunjung," kata Kepala Disporapar Kabupaten Boyolali Budi Prasetyaningsih di Boyolali, Rabu.
Program pengembangan tahun ini, katanya, dengan menambah penanaman puluhan pohon kurma, zaitun, dan tin agar suasana objek tersebut mirip dengan di Arab Saudi.
Ia menjelaskan proses pengembangan wisata religi tahun ini dengan anggaran sekitar Rp4 miliar sedang dilakukan, seperti pintu masuk lokasi akan dibuat atau ditambah seperti di Imigrasi.
"Tapi, pembangunannya akan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Disporapar Boyolali hanya menerima pembangunan-pembangunan itu," katanya.
Selain itu, katanya, dilakukan pembangunan toilet, replika untuk mimbar atau makam Nabi di Masjid Nabawi. Replika seperti gambar tetapi timbul.
"Jadi semuanya akan ada pengembangan. Wisata religi miniatur Ka'bah ini secara edukasi sudah bisa dikatakan untuk simulasi manasik karena sudah komplit. Jadi ada Ka'bah, ada Masjid Nabawi, untuk tempat lempar jumrah, ada kawasan Mina, Musdalifah dan lainnya semuanya ada berupa miniatur," katanya.
Kunjungan wisatawan di tempat itu dibuka sejak 1 Januari 2024, sedangkan hingga Rabu ini jumlah pengunjung mencapai 75.950 orang, dari kalangan anak sekolah hingga orang dewasa.
Para pengunjung berasal dari seluruh wilayah Pulau Jawa, antara lain Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, serta Pulau Madura.
Mereka yang menjalani simulasi manasik haji, katanya, sebagian besar berasal dari wilayah di Jateng dan DIY. Bahkan, anak-anak dari MI Kabupaten Semarang hari ini berjumlah 1.800 orang mengunjungi lokasi wisata religi itu.
Pengunjung wisata edukasi religi Ka'bah di Boyolali akan mendapatkan tiket, seperti paspor, yang kemudian distempel sebagaimana di Kantor Imigrasi, lalu boleh masuk lokasi tersebut.
"Jadi pengunjung yang melakukan latihan manasik, seperti berhaji di Arab Saudi sesungguhnya," katanya.
Baca juga: Pemkot Surakarta siapkan satu lagi objek wisata untuk masyarakat