Kudus, Jateng (ANTARA) - Tradisi pembagian nasi "buka luwur" di kompleks Menara dan makam Sunan Kudus, Jawa Tengah, masih tetap dilestarikan dengan dibagikan kepada masyarakat serta didistribusikan langsung ke masing-masing kecamatan dengan menyiapkan sebanyak 35.532 nasi buka luwur.
"Jumlah nasi buka luwur yang disediakan tahun ini lebih banyak, dibandingkan tahun sebelumnya karena tahun 2022 hanya 33.165 bungkusan," kata Juru Bicara Panitia Buka Luwur Sunan Kudus Muhammad Kharis di Kudus, Jumat.
Sumbangan yang diterima dari masyarakat luas, antara lain kerbau sebanyak 17 ekor, kambing sebanyak 69 ekor, dan beras 12.320 kilogram.
Sementara total nasi buka luwur yang disediakan sebanyak 35.532 bungkus. Di antaranya 2.365 nasi buka luwur kemasan keranjang diberikan kepada tokoh masyarakat, kiai, pejabat, tamu undangan, pekerja, dan panitia, 4.175 nasi bungkus dibagikan untuk masyarakat umum dan selebihnya diberikan kepada pemangku punden maupun belik di sembilan kecamatan serta relasi.
Khusus untuk antrean umum, pembagian nasi buka luwurnya dimulai pukul 05.00 WIB. Sedangkan untuk sasaran lainnya ada yang dibagikan dengan pendistribusian langsung ke masing-masing koordinator di setiap kecamatan.
Yayasan Menara dan Makam Sunan Kudus setiap 10 Muharram memiliki rangkaian acara buka luwur, salah satunya pembagian nasi buka luwur yang terdiri dari dua jenis, yakni nasi jangkrik goreng dan uyah asem (Jawa).
Menu nasi uyah asem meliputi, daging kerbau tanpa kuah, sedangkan menu nasi jangkrik goreng dilengkapi kuah tetelan daging kerbau. Khusus untuk warga yang antre langsung hanya disediakan nasi uyah asem tanpa kuah agar tidak basi.
Tradisi buka luwur sendiri diselenggarakan setiap 10 Muharam yang tahun ini jatuh pada hari Jumat (28/7), merupakan ritual keagamaan untuk menandai penggantian kelambu di Makam Sunan Kudus.
Sementara tradisi buka luwur dengan membagi-bagikan nasi uyah asem sudah berlangsung ratusan tahun silam dan pembagian bungkus nasi uyah asem ini disimbolkan sebagai kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Masyarakat Gunung Balak Magelang gelar tradisi nyadran