Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) memastikan bahwa stok gula nasional tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi selama beberapa bulan mendatang, kata Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen.
"Stok gula konsumsi pada akhir Desember 2022 mencapai 1,9 juta ton. Ditambah kuota impor 2023 sebanyak 1,45 juta ton sehingga total 3,35 juta ton, sedangkan kebutuhan gula konsumsi hanya 230.000 ton," ujarnya melalui rilis yang diterima di Kudus, Jawa Tengah, Rabu.
Dengan demikian, kara dia, stok gula yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama 14 bulan, bahkan bisa tidak perlu giling.
Sekretaris Jenderal DPN APTRI M. Nur Khabsyin mengaku menyayangkan kedatangan gula impor yang bertepatan dengan musim giling karena bisa menyebabkan harga petani jatuh menyusul stok di pasaran melebihi kebutuhan.
"Sejak awal kami menolak impor gula pada saat memasuki musim giling atau panen tebu. Saat ini sudah memasuki musim giling karena beberapa pabrik gula (PG) sudah mulai giling, seperti PG Trangkil Pati, PG Kebon Agung Malang dan pabrik gula lain di wilayah Sumatera," ujarnya.
Terkait kedatangan gula impor di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, APTRI juga bertindak dengan menolak kedatangannya. Demikian halnya rencana kedatangan kapal pengangkut gula impor di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya juga ditolak.
"Terlebih Jatim merupakan penyuplai 50 persen kebutuhan gula nasional sehingga di Jatim juga surplus. Kami juga bersurat kepada Gubernur Jatim," ujarnya.
Dalam surat tersebut disebutkan bahwa APTRI berharap Gubernur Jatim mengalihkan kedatangan kapal pengangkut gula impor ke Pelabuhan Tanjung Perak atau pelabuhan lain di Jatim ke pelabuhan atau provinsi lain yang bukan produsen gula putih yang saat ini lebih membutuhkan pasokan gula putih, seperti Maluku maupun Papua.
Aptri juga menolak kapal pengangkut gula impor tersebut bersandar ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang karena di Jateng juga terdapat pabrik gula.