Kudus (ANTARA) - Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) memastikan produksi gula petani bisa memenuhi kebutuhan gula di dalam negeri, sehingga tidak perlu ada impor gula.
"Sejak awal kami menginginkan saat mulai musim giling tebu seperti sekarang ini jangan lagi ada impor gula karena merusak harga gula tani," kata Sekjen DPN APTRI M Nur Khabsyin di Kudus, Jawa Tengah, Rabu.
Terkait adanya informasi pabrik pengolahan tebu di Brazil yang membatalkan beberapa kontrak ekspor gula, dia mengakui, belum mengetahui informasi tersebut.
Sebelumnya, kata dia, APTRI juga mendesak pemerintah untuk menghabiskan stok gula konsumsi impor sebelum memasuki musim giling, guna menjaga stabilitas harga gula petani.
Kebutuhan konsumsi gula per bulannya sekitar 230.000 ton, sedangkan target produksi gula kristal pada musim giling tahun ini yang dimulai Mei 2022 berkisar 2,1 juta ton.
Ia berharap stok gula impor yang masih tersisa, disimpan terlebih dahulu karena gula impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebelum memasuki musim giling tebu.
Impor gula tahun 2022 sebesar 1,1 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebelum memasuki musim giling pada bulan Mei 2022. Selain itu pada tahun 2021 juga masih ada sisa stok stok gula berkisar 1 juta ton, sehingga impor gula seharusnya dibatasi karena Mei 2022 sudah mulai giling tebu untuk menghasilkan gula.
Baca juga: Musim giling 2022, PG Rendeng Kudus targetkan produksi gula 18.000 ton
Baca juga: Sekjen APTRI minta HPP gula petani Rp12.000