Purwokerto (ANTARA) - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, berupaya meningkatkan peran tim pendamping keluarga (TPK) dalam rangka percepatan penurunan stunting di wilayah itu.
"Kami secara rutin melakukan konsolidasi termasuk memberikan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan TPK," kata Kepala DPPKBP3A Kabupaten Banyumas Krisianto di Purwokerto, Banyumas, Jumat.
Ia mengatakan hal itu dilakukan karena TPK garda terdepan dalam percepatan penurunan stunting meskipun sifatnya pencegahan, sedangkan untuk penanganan atau perawatan balita stunting dilakukan oleh Dinas Kesehatan.
Oleh karena itu, pihaknya bersama TPK terus melaksanakan kegiatan pencegahan stunting di antaranya sosialisasi dan pendampingan terhadap keluarga berisiko stunting.
"Selain dengan TPK, konsolidasi juga dilakukan dengan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) lain yang terlibat dalam TPPS (Tim Percepatan Penanganan Stunting) Kabupaten Banyumas," jelasnya.
Dia mengatakan secara keseluruhan anggota TPK di Banyumas mencapai 3.807 orang yang tersebar di 301 desa dan 30 kelurahan.
Dalam hal ini, kata dia, setiap tim terdiri atas tiga orang sehingga di Banyumas secara keseluruhan 1.269 TPK.
"Setiap TPK mendampingi kurang lebih 150 keluarga sasaran keluarga berisiko stunting," katanya.
Terkait dengan anggaran penanganan stunting di Banyumas, dia mengatakan secara keseluruhan mencapai Rp17.260.400.000 yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus Biaya Operasional Keluarga Berencana.
Dari alokasi anggaran tersebut, kata dia, untuk Bidang Keluarga Berencana DPPKBP3A sebesar Rp8.354.700.000, sedangkan untuk Bidang Pengendalian Penduduk DPPKBP3A sebesar Rp8.905.700.000.
"Semoga dengan adanya TPK serta dukungan anggaran dari pemerintah pusat, angka prevalensi stunting di Banyumas bisa sesuai target nasional yang sebesar 14 persen pada 2024, atau kalau memungkinkan di bawahnya," kata Krisianto.
Sebelumnya, Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan angka prevalensi stunting di Kabupaten Banyumas turun 5 persen dari 21,6 persen pada 2021 menjadi 16,6 persen pada 2022.
"Penurunan angka prevalensi stunting harus menjadi target kinerja seluruh OPD dan para pemangku kepentingan terkait di Banyumas," katanya di Purwokerto, Rabu.
Oleh karena itu, dia meminta seluruh OPD dan para pemangku kepentingan terkait untuk bisa terus merumuskan target tersebut karena angka prevalensi stunting di Banyumas saat ini masih 16,6 persen, berarti harus berhasil menurunkannya sebesar 2,6 persen untuk menuju target 14 persen pada tahun 2024 atau bahkan bisa lebih kecil lagi.
Baca juga: Prevalensi stunting di Banyumas turun 5 persen pada 2022
Berita Terkait
Legislator minta Pemkot Semarang tingkatkan kesiapan hadapi musim hujan
Kamis, 14 November 2024 21:36 Wib
Kota Semarang raih penghargaan terbaik atasi stunting di Jateng
Rabu, 13 November 2024 19:39 Wib
Pj Bupati: Penanganan stunting di Banyumas merupakan PR signifikan
Selasa, 12 November 2024 14:42 Wib
Rumah Pelita ajak anak stunting naik bus tingkat
Selasa, 5 November 2024 18:40 Wib
Penanganan ODGJ butuh keterlibatan semua pihak
Minggu, 3 November 2024 17:58 Wib
Pekalongan lengkapi fasilitas penanganan bencana modern di pasar
Sabtu, 2 November 2024 16:55 Wib
Jateng canangkan Kesatuan Gerak PKK Bangga Kencana Kesehatan
Rabu, 30 Oktober 2024 17:00 Wib
RSUD Dr Moewardi raih penghargaan internasional dalam penanganan stroke
Rabu, 30 Oktober 2024 9:53 Wib