Jepara (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, siap mencarikan pasar baru untuk ekspor mebel dan ukir dari daerahnya, menyusul dampak kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diberlakukan Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump.
"Selain itu, kami juga akan segera berdialog dengan para pengusaha dan eksportir asal Bumi Kartini untuk memastikan dampak tarif resiprokal Trump," kata Bupati Jepara Witiarso Utomo di Jepara, Jumat.
Ia optimistis pemerintah pusat juga akan mengambil langkah strategis untuk menjaga daya saing ekspor furnitur dan produk lainnya di tengah memanasnya perang dagang antara AS dan China.
Berdasar data, ada sejumlah negara yang selama ini menjadi tujuan ekspor mebel asal Jepara. Di antaranya ada Belgia, Inggris, Korsel, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Australia dan lainnya.
"Kami mengimbau masyarakat dan pengusaha agar tidak panik. Kita segera bertemu pelaku ekspor untuk menentukan langkah ke depan untuk menghadapi dinamika pasar global," ujarnya.
Ia juga optimistis furnitur dan produk asal Jepara masih punya daya saing ekspor ke Amerika Serikat. Hal ini lantaran tarif resiprokal 32 persen itu masih lebih rendah dibandingkan yang dikenakan pada negara lain.
"Kami masih optimistis karena tarif ini masih lebih rendah di banding lawan-lawan kita seperti Vietnam yang tarifnya jauh lebih tinggi karena mencapai 40 persen," ujarnya.
Manajer Marketing PT Raisa Furnitur Hadiyatu Nasiah mengatakan karena tarif resiprokal AS ini baru diberlakukan tanggal 9 April 2025, pihaknya belum bisa memastikan dampak seiring kebijakan baru itu.
Meskipun demikian, kata dia, saat ini mulai muncul indikasi dampak tarif resiprokal AS. Karena dua dari tiga kontainer yang siap ekspor terpaksa ditunda seiring pengenaan tarif baru tersebut, sedangkan satu kontainer lainnya dikabarkan sudah sampai di AS dan dikenakan tarif baru.
Selain itu, kata dia, lazimnya setelah Lebaran pihaknya sudah mulai menerima order dari pembeli di AS. Namun hampir dua pekan setelahnya belum ada order dari importir asal negara berjuluk Paman Sam tersebut.
"Setelah kebakaran hebat di Los Angeles sebenarnya prospeknya cukup baik, tapi ternyata sampai sekarang malah belum ada pesanan," ujarnya.
Ia mengungkapkan jika dihitung penjualan ke AS sekitar 20 persen dari keseluruhan nilai ekspor furnitur perusahaannya. Angka itu cukup membantu di tengah kondisi ekonomi global yang lesu belakangan ini.
"Makanya ada kekhawatiran seiring kebijakan tarif resiprokal AS juga. Perekonomian global termasuk AS lesu, kalau tarifnya tinggi kami khawatir ke depan seperti apa," terangnya.
Berdasarkan data ekspor komoditas furnitur dari kayu Kabupaten Jepara tahun 2018–2024, pada tahun lalu tercatat ada 151 eksportir dengan 54 negara tujuan. Nilai ekspor furnitur kayu pada tahun tersebut mencapai 174.811.327,3 dolar AS atau sekitar Rp 2,81 triliun.
Adapun secara keseluruhan, ekspor semua komoditas dari Kabupaten Jepara mulai dari furnitur, alas kaki, hasil laut dan lainnya pada tahun 2024 melibatkan 298 eksportir, dengan 110 negara tujuan dan total nilai ekspor mencapai 589.578.041,32 dolar AS.