LP2M UIN Walisongo Semarang laksanakan gerakan literasi digital
Semarang (ANTARA) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LP2M UIN Walisongo Semarang melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Desa Santri Binaan di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang dengan mengusung tema Gerakan Literasi Digital: Pemberdayaan Pemuda melalui Program Sistem Informasi Potensi Kreatif Desa.
Gerakan Literasi digital awalnya sudah dicanangkan pemerintah desa atas dasar arahan Bupati Magelang tahun 2019 dengan menerapkan monografi desa dengan sistem digital, namun karena pandemi COVID-19 maka gerakan monografi desa dengan sistem digital belum terlaksana dengan baik dan maksimal. Oleh karenanya setelah pandemi menuju endemi sejumlah kegiatan di Desa Gunungpring mulai digiatkan kembali pada Selasa, 28 Februari 2023.
Acara FGD Desa Santri Binaan tersebut dibuka langsung Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Walisongo Semarang Titik Rahmawati. Titik menyampaikan alasan mengapa memilih Desa Gunungpring sebagai Desa Santri Binaan LP2M UIN Walisongo Semarang Tahun 2023 yakni Desa Gunungpring memiliki konsen yang tinggi dalam program-program literasi digital dan sudah melakukan kegiatan seperti membuka perpustakaan baru berbasis digital QRcode di tahun 2022, pelatihan diversifikasi produk olahan berbahan dasar ikan tahun 2022, dan sudah memiliki website Desa Gunungpring.
Untuk itu Titik memberikan pesan penting kepada pemuda, karang taruna, ibu-ibu PKK, dan perwakilan dari perangkat Desa Gunungpring agar setelah pelaksanaan FGD dapat melakukan inovasi dan digitalisasi Desa.
“Melalui gerakan literasi kemudian diejawantahkan ke digitalisasi desa maka potensi desa dapat dikenalkan kepada seluruh dunia melalui berbagai platform media digital," kata Titik.
Baca juga: Hasil Lokakarya UIN Walisongo, awal Ramadhan tahun ini diprediksi sama dengan Muhammadiyah
Kegiatan FGD Digitalisasi Desa disambut sangat baik Kepala Desa Gunungpring Ilham Abadi yang menyampaikan kemajuan desa dapat dimulai dengan gerakan literasi digital mulai dari pelayanan desa, produk UMKM Desa, wisata desa dan spot-spot penting yang ada di area Desa Gunungpring.
Oleh karenanya semua yang hadir di acara FGD diharapkan dapat menerapkan digitalisasi untuk kemajuan dan kemakmuran desa. Turut hadir perangkat Desa Gunungpring, perwakilan karang taruna desa, perwakilan ibu-ibu PKK, kepala dusun, dan Tim Pengabdi LP2M UIN Walisongo Semarang Abdul Malik, Nasrul Fahmi Zaki Fuadi, Erna Wijayanti, Ella Izzatin Nada, dan Khotijah.
Terdapat dua narasumber dalam FGD Desa Santri Binaan. Narasumber pertama memberikan materi mengenai literasi yakni Hafidz Riza Nandari yang menekankan literasi digital masyarakat Indonesia sangatlah rendah maka perlu ditingkatkan agar masyarakat “melek” literasi, sehingga tidak mudah termakan berita-berita hoax yang belum tentu kebenarannya.
"Oleh karena itu semuanya harus tahu apa itu literasi, mengapa penting, bagaimana mencari sumber literasi yang baik dan benar. Dampak rendahnya literasi masyarakat menyebabkan kebodohan yang tak berujung, rendahnya produktivitas, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan sikap masa bodoh dalam bersosial media," kata Hafidz.
Baca juga: UIN Walisongo luncurkan logo Dies Natalis Ke 53
Narasumber kedua, Muhammad Heri Wibowo mempraktikkan digitalisasi dengan cara semua peserta membuat akun website gratis dari Blogger. Setelah membuat akun Blogger perserta langsung membuat postingan pertamanya. Setelah postingan pertama peserta berhasil publish diiringi gelak tawa dari peserta sebab postingannya yang masih asal-asalan.
Muhammad mengatakan postingan bisa didelete kembali dan diubah dengan postingan yang lebih baik. Peserta diharapkan bisa memasarkan usahanya, program desa wisata, produk-produk UMKM dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Desa Gunungpring.
Kegiatan FGD Desa Santri Binaan berbasis Literasi Digital berjalan dengan baik dan interaktif sehingga menghasilkan produk website yang bisa dikembangkan peserta untuk promosi dan lain sebagainya. Usai acara kemudian dilakukan foto bersama dan ramah tamah.
Baca juga: "Jurnalisme kloning" bawa Siti Rohmah raih lulusan terbaik UIN Walisongo Semarang
Gerakan Literasi digital awalnya sudah dicanangkan pemerintah desa atas dasar arahan Bupati Magelang tahun 2019 dengan menerapkan monografi desa dengan sistem digital, namun karena pandemi COVID-19 maka gerakan monografi desa dengan sistem digital belum terlaksana dengan baik dan maksimal. Oleh karenanya setelah pandemi menuju endemi sejumlah kegiatan di Desa Gunungpring mulai digiatkan kembali pada Selasa, 28 Februari 2023.
Acara FGD Desa Santri Binaan tersebut dibuka langsung Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Walisongo Semarang Titik Rahmawati. Titik menyampaikan alasan mengapa memilih Desa Gunungpring sebagai Desa Santri Binaan LP2M UIN Walisongo Semarang Tahun 2023 yakni Desa Gunungpring memiliki konsen yang tinggi dalam program-program literasi digital dan sudah melakukan kegiatan seperti membuka perpustakaan baru berbasis digital QRcode di tahun 2022, pelatihan diversifikasi produk olahan berbahan dasar ikan tahun 2022, dan sudah memiliki website Desa Gunungpring.
Untuk itu Titik memberikan pesan penting kepada pemuda, karang taruna, ibu-ibu PKK, dan perwakilan dari perangkat Desa Gunungpring agar setelah pelaksanaan FGD dapat melakukan inovasi dan digitalisasi Desa.
“Melalui gerakan literasi kemudian diejawantahkan ke digitalisasi desa maka potensi desa dapat dikenalkan kepada seluruh dunia melalui berbagai platform media digital," kata Titik.
Baca juga: Hasil Lokakarya UIN Walisongo, awal Ramadhan tahun ini diprediksi sama dengan Muhammadiyah
Kegiatan FGD Digitalisasi Desa disambut sangat baik Kepala Desa Gunungpring Ilham Abadi yang menyampaikan kemajuan desa dapat dimulai dengan gerakan literasi digital mulai dari pelayanan desa, produk UMKM Desa, wisata desa dan spot-spot penting yang ada di area Desa Gunungpring.
Oleh karenanya semua yang hadir di acara FGD diharapkan dapat menerapkan digitalisasi untuk kemajuan dan kemakmuran desa. Turut hadir perangkat Desa Gunungpring, perwakilan karang taruna desa, perwakilan ibu-ibu PKK, kepala dusun, dan Tim Pengabdi LP2M UIN Walisongo Semarang Abdul Malik, Nasrul Fahmi Zaki Fuadi, Erna Wijayanti, Ella Izzatin Nada, dan Khotijah.
Terdapat dua narasumber dalam FGD Desa Santri Binaan. Narasumber pertama memberikan materi mengenai literasi yakni Hafidz Riza Nandari yang menekankan literasi digital masyarakat Indonesia sangatlah rendah maka perlu ditingkatkan agar masyarakat “melek” literasi, sehingga tidak mudah termakan berita-berita hoax yang belum tentu kebenarannya.
"Oleh karena itu semuanya harus tahu apa itu literasi, mengapa penting, bagaimana mencari sumber literasi yang baik dan benar. Dampak rendahnya literasi masyarakat menyebabkan kebodohan yang tak berujung, rendahnya produktivitas, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan sikap masa bodoh dalam bersosial media," kata Hafidz.
Baca juga: UIN Walisongo luncurkan logo Dies Natalis Ke 53
Narasumber kedua, Muhammad Heri Wibowo mempraktikkan digitalisasi dengan cara semua peserta membuat akun website gratis dari Blogger. Setelah membuat akun Blogger perserta langsung membuat postingan pertamanya. Setelah postingan pertama peserta berhasil publish diiringi gelak tawa dari peserta sebab postingannya yang masih asal-asalan.
Muhammad mengatakan postingan bisa didelete kembali dan diubah dengan postingan yang lebih baik. Peserta diharapkan bisa memasarkan usahanya, program desa wisata, produk-produk UMKM dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Desa Gunungpring.
Kegiatan FGD Desa Santri Binaan berbasis Literasi Digital berjalan dengan baik dan interaktif sehingga menghasilkan produk website yang bisa dikembangkan peserta untuk promosi dan lain sebagainya. Usai acara kemudian dilakukan foto bersama dan ramah tamah.
Baca juga: "Jurnalisme kloning" bawa Siti Rohmah raih lulusan terbaik UIN Walisongo Semarang