Semarang (ANTARA) - Lembaga Administrasi Negara menyelenggarakan diskusi kepemimpinan bertajuk Adopsi Budaya Kerja Netflix bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan tujuan meningkatkan inovasi ASN agar lebih melek teknologi sehingga berdampak pada peningkatan pelayanan publik yang lebih maksimal.
Diskusi ini merupkan bagian dari Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) yang diikuti 40 peserta dari berbagai institusi kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah pada Rabu (26/7).
Dalam diskusi tersebut muncul berbagai tanggapan menarik. Emi Frizer dari Basarnas membenarkan beragam stigma negatif tentang ASN yang muncul di benak khalayak seperti mesin birokrasi yang berbelit-belit, kurang berintegritas, gagap teknologi, kurang profesional, serta jauh dari inovasi.
“Dan satu lagi, sering terdengar komentar jika bisa diperlambat kenapa harus dipercepat menjadi pandangan yang lazim tersemat pada abdi negara, ASN,” tutur Emi. Seringkali pelayanan ASN yang cenderung lama dan berbelit-belit, membuat harapan masyarakat yang membuncah tiba-tiba pupus. Beragam alasan menjadi senjata bagi ASN untuk mengelak dari tanggung jawab entah karena berharap sesuatu atau lainnya.
Beragam cara melepas stigma negatif tersebut, salah satunya pada tahun 2021 Presiden Jokowi mencanangkan core value ASN BerAKHLAK, yang diharapkan menjadi fondasi budaya kerja ASN yang profesional, berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. “Ini mendorong perubahan budaya kerja ASN,” timpal Ida Swastika dari LPSK.
Mungkinkah Budaya Kerja Netflix diterapkan ASN?
Netflix menjadi salah satu tema diskusi yang menarik. Teuku Fachrul Anwar dari Kementerian Koperasi dan UMKM mengungkapkan kunci kesuksesan Netflix terletak pada inovasi bisnis dan kinerja SDM. Netflix sadar ketidakpuasan pelanggan saat menonton siaran TV konvensional adalah iklan, sehingga mengubah sumber pendapatan dari iklan menjadi biaya berlangganan.
Pelanggan dengan membayar sejumlah uang, maka dapat mengikuti menonton film atau serial TV yang diinginkan, tidak hanya di rumah. “Namun juga mengunakan gadget alias handphone yang tak terbatas tempat,” kata Teuku.
Netflix menerapkan pengelolaan SDM dengan fleksibilitas jam kerja dan bekerja dimana saja sepanjang output dan outcome tercapai. Jika tidak tercapai, maka punishment akan berlaku secara otomatis bagi pegawai yang dicap malas-malasan. ASN dalam mengelola sumber daya harus berorientasi pada pencapaian output dan outcome dengan reward dan punishment yang jelas dan terukur.
“Mengubah kebiasaan tidak hanya memenuhi jam kerja semata, menjadi menghasilkan suatu output dan outcome yang jelas,” ujar Nur Agus dari Komisi Yudisial. Netflix juga senantiasa beradaptasi dengan perkembangan teknologi, sehingga pengunaan sistem teknologi informasi untuk mempermudah layanan menjadi prioritasnya.
“Sehingga ASN harus melek teknologi, kalau tidak akan ketinggalan zaman,” ungkap Rega T Hakim dari Kemendagri. Hal lain yang tak kalah penting adalah kolaboratif. “Netflix senantiasa memetakan kebutuhan utama layanan pelanggan melalui kerja sama dengan stakeholder dan jaringan kerja untuk optimalisasi layanan,” papar Widodo dari Kemkominfo.
Empat kunci sukses Netflix harusnya dapat menjadi parameter bagi ASN untuk mewujudkan pelayanan public kelas dunia. “ASN diharapkan senantiasa inovatif terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat menjadi agen dan bagian dari perubahan itu sendiri,” ujar Hasdawia dari Pemkab Muna.