"Kalau kurang sih gak, tapi perlu percepatan distribusi dari pusat karena dengan adanya penambahan laboratorium itu pasti ada peningkatan kuantitas," katanya di Semarang, Kamis.
Saat ini, primer sangat dibutuhkan untuk mempercepat hasil tes PCR (polymerase chain reaction) atau reaksi berantai yang biasanya keluar dalam jangka waktu 2-3 hari menjadi hanya beberapa jam.
Baca juga: Jateng segera dikirimi PCR untuk tes COVID-19
Baca juga: Bayi baru lahir di Jepara jalani tes swab COVID-19
Untuk melakukan tes tersebut, di Jawa Tengah bisa dilakukan di enam laboratorium yakni di RSUP dr. Kariadi, Rumah Sakit Nasional Diponegoro, Labkesda Semarang, Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, RSUD dr. Moewardi, dan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Untuk melakukan tes tersebut, di Jawa Tengah bisa dilakukan di enam laboratorium yakni di RSUP dr. Kariadi, Rumah Sakit Nasional Diponegoro, Labkesda Semarang, Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, RSUD dr. Moewardi, dan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada masa awal kasus COVID-19, hasil tes hanya dilakukan di Kementerian Kesehatan di Jakarta, sedangkan untuk distribusi primer hanya disesuaikan dengan jumlah laboratorium dan jumlah kasus.
"Selain mempercepat pendistribusian saya juga minta akses pembelian zat tersebut untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19," ujarnya.
Terkait dengan distribusi, Ganjar menjelaskan bahwa primer dikirim oleh Kementerian Kesehatan dan langsung ditujukan ke masing-masing laboratorium, tanpa melalui Gugus Tugas atau pemerintah daerah setempat.
Ganjar berharap ketika nantinya terjadi lonjakan kasus, ada akses pemerintah daerah untuk pengadaan zat tersebut.
"Sekarang saya minta agar pusat segera mengirim itu. Kalau tidak, saya minta ditunjukkan saja itu belinya di mana agar kami beli sendiri, itu yang akan kita penuhi," katanya.
Sampai saat ini, lanjut Ganjar, untuk stok zat primer di Jateng masih tercukupi, tapi jika situasinya terus naik, maka harus sudah ada persiapan, bahkan dirinya mengatakan telah jauh-jauh hari menyampaikan ke Menteri Kesehatan terkait hal tersebut.
"Karena jauh-jauh hari ini sudah saya sampaikan ke Menteri Kesehatan. Dijawab karena untuk membeli alat ini hanya bergantung satu negara, maka kini sedang berusaha mencari negara lain," ujar Ganjar.
Baca juga: Tenaga kesehatan Kota Magelang jalani tes cepat COVID-19
Baca juga: RS Budi Rahayu Magelang disiapkan sebagai pusat tes cepat COVID-19