"Kami juga bekerja keras dengan para peneliti di seluruh dunia untuk mendapatkan bukti klinis tentang obat mana yang paling efektif untuk mengobati COVID-19," katanya saat menyampaikan keterangan kepada media pada Rabu (1/4).
Dalam pernyataan kepada pers yang dikutip di laman resmi WHO, Kamis, Tedros mengemukakan respons luar biasa negara-negara dalam mengikuti seruan WHO untuk terlibat dalam Solidarity Trial, penelitian untuk membandingkan empat obat dan kombinasi obat untuk menyembuhkan pasien COVID-19.
Program penelitian WHO itu mencakup pengujian klinis terhadap empat alternatif obat yang sudah digunakan untuk mengatasi COVID-19, yakni remdesivir, gabungan lopinavir atau ritonavir, gabungan lopinavir atau ritonavir ditambah interferon (1b), dan chloroquine.
Penelitian bersama tersebut dirancang khusus guna mempersingkat waktu untuk mendapatkan bukti kuat mengenai dampak empat alternatif terapi tersebut terhadap penyembuhan pasien COVID-19 tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip cara uji klinis yang baik.
"Sejauh ini, 74 negara telah bergabung dalam penelitian atau sedang dalam proses bergabung," katanya.
Tedros menambahkan, sampai 1 April 2020 sudah ada lebih dari 200 pasien yang terlibat dalam salah satu studi dalam Solidarity Trial.
"Setiap pasien baru yang turut serta dalam pengujian membawa kita selangkah lebih dekat untuk mengetahui obat mana yang bekerja," kata Tedros.
Indonesia sudah menyampaikan kesiapan untuk terlibat dalam penelitian bersama itu. Sejak 20 Maret 2020, Indonesia ikut serta dalam penelitian gabungan mengenai penggunaan obat remdesivir dan saat ini peneliti Indonesia melakukan penelitian mengenai empat jenis obat yang sudah digunakan untuk penanganan COVID-19.
"Indonesia siap berpartisipasi aktif pada riset empat alternatif terapi COVID-19 dalam Solidarity Trial WHO. Melalui partisipasi aktif ini diharapkan dapat segera ditemukan alternatif terbaik dalam perawatan pasien COVID-19 di Indonesia," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Siswanto.