Saat tiba di desa wisata untuk menghadiri Festival Nasi Iriban itu, orang nomor satu di Jateng tersebut langsung menikmati menu yang melegenda dengan pemandangan pedesaan yang asri.
Warung-warung yang menjajakan Nasi Iriban dan menu tradisional lain, berjajar rapi dengan bangunan dari bambu serta beratap daun kelapa.
Di tengah warung-warung itu, terdapat sendang cukup besar yang dimanfaatkan untuk wisata air.
Di Desa Wisata Lerep ada tradisi setiap Rajab menjelang Bulan Puasa, di mana warga bergotong royong membersihkan sendang dan sumber mata air di desa masing-masing, kemudian warga menggelar acara makan bersama.
Nasi Iriban merupakan nasi dengan lauk sayur-mayur, ikan asin, tempe, dan jeroan ayam itu pada zaman dahulu hanya boleh disajikan saat acara tradisi tersebut.
Bentuknya hampir sama dengan Nasi Gudangan yang biasa ditemukan di berbagai daerah, namun bedanya, sayuran yang digunakan di Sego Iriban ini tidak direbus, melainkan dibakar menggunakan bumbung bambu muda.
"Saya tertarik karena katanya ada makanan unik. Ternyata ini, namanya Sego Iriban, ini makanan unik karena sayurannya tidak direbus, melainkan dibakar pakai bambu," kata Ganjar.
Usai menikmati Nasi Iriban, Ganjar mengacungkan jempolnya sambil menyanjung kuliner di tempat itu.
"Ini menarik dan tentu laku dijual untuk menarik wisatawan, kuliner khas yang melegenda semacam ini, banyak dicari wisatawan".
Ganjar berharap, masyarakat terus aktif dalam berinovasi terkait dengan potensi desa yang selama ini belum mendapat perhatian.
Berbagai potensi desa, katanya, harus digali agar mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Gunakan Dana Desa yang ada untuk mengembangkan potensi-potensi ini. Kami dari pemerintah tentu akan memberikan dorongan, bahkan kami sudah membuat peraturan daerah mengenai desa wisata dan siap memberikan hadiah Rp1 miliar kepada desa wisata yang terbaik," ujarnya.
Camat Ungaran Barat Eko Purwanto menambahkan Nasi Iriban akan disajikan di pasar tradisional Desa Wisata Lerep agar para wisatawan dapat menikmati menu langka itu, tanpa harus menunggu prosesi Rajab tiba.
"Kami ingin menghidupkan kembali tradisi itu. Tidak hanya setahun sekali, namun kami ingin menjadikan itu sebagai daya tarik wisatawan," katanya.
Selain itu, di Desa Wisata Lerep ada cukup banyak kuliner khas lain yang bisa ditawarkan kepada wisatawan dengan harapan membuat kondisi perekonomian desa dan masyarakat bisa meningkat.
Baca juga: Geliat ekonomi Desa Wisata Doesoen Kopi Sirap