Pekanbaru (ANTARA) - Dokter hewan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menduga induk tiga bayi orangutan yang ditelantarkan sudah mati dibunuh oleh sindikat perdagangan satwa dilindungi.
"Kita tidak tahu induknya masih hidup atau tidak. Biasanya untuk memisahkan anak dengan induknya sangat sulit. Mungkin pelakunya menggunakan cara yang tidak tepat (membunuh) untuk memisahkannya," kata drh. Rini Deswita saat memeriksa kondisi satwa korban perdagangan satwa di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kampar, Senin.
Ia mengatakan tiga orangutan (Pongo apelii) tersebut merupakan endemik Sumatera. Mereka terdiri dari satu betina dan dua jantan. Bayi orangutan paling kecil diperkirakan berusia 6-8 bulan, sedangkan dua lainnya berumur satu hingga 1,5 tahun.
"Kondisinya memang mengalami kembung karena selama dalam perjalanan tak dapat suplai minum susu yang cukup, juga karena stres yang mengakibatkan kembung," ujarnya.
Baca juga: Diberondong 24 peluru, orangutan Sumatera jadi buta
Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, mengatakan tiga bayi orangutan tersebut sudah diberangkatkan ke Pusat Rehabilitasi Orangutan di Batu Embelin, Provinsi Sumatera Utara. Sebelumnya, mereka ditelantarkan oleh orang tak dikenal yang diduga adalah jaringan dari perdagangan satwa dilindungi.
Ia menjelaskan pada hari Sabtu (14/12) sekitar pukul 17.30 WIB, seorang Polisi Kehutanan BBKSDA Riau mendapat laporan dari masyarakat bahwa telah menemukan orangutan di Jembatan 2 Sungai Sibam Kota Pekanbaru. Tim berhasil menyelamatkan tiga ekor orangutan itu sekitar pukul 19.00 WIB.
Suharyono menjelaskan, awalnya tiga bayi orangutan itu ditemukan oleh seorang pemulung di dalam kardus yang bertuliskan "IPAN PEKANBARU" di Jembatan Sungai Sibam.
"Sebelum kardus diketemukan oleh pemulung, terlihat oleh warga ada mobil yang berhenti dekat jembatan Sungai Sibam dan menurunkan kardus tersebut. Warga yang melihatnya berteriak kepada orang yang menurunkan kardus tersebut, namun orang tersebut bergegas masuk mobil dan kembali melaju serta meninggalkan kardusnya," kata Suharyono.
Hingga kini belum diketahui motif kenapa tiga bayi orangutan tersebut ditelantarkan di tepi jalan. Pelakunya juga belum berhasi diidentifikasi.*
Baca juga: Induk dan bayi orangutan korban kebakaran hutan direhabilitasi
Berita Terkait
RSUD Moewardi Solo berhasil lakukan Fetoskopi Laser Ablasio
Selasa, 29 Oktober 2024 16:31 Wib
IDAI minta pemerintah perhatikan gizi dua tahun pertama kehidupan bayi
Senin, 30 September 2024 20:43 Wib
RSUD Kudus luncurkan layanan kolaboratif tekan kematian ibu-bayi
Minggu, 29 September 2024 6:17 Wib
Pencegahan stunting lewat edukasi kental manis
Selasa, 24 September 2024 12:43 Wib
Pemkab Demak gandeng semua pihak turunkan kasus kematian ibu dan bayi
Rabu, 18 September 2024 8:32 Wib
MPS sambut baik pengesahan obat bayi BBLR dan penyakit langka sebagai obat resmi
Rabu, 28 Agustus 2024 9:18 Wib
Ada ruang ibu menyusui bayi di 16 stasiun Daops Semarang
Rabu, 7 Agustus 2024 21:18 Wib
Bayi 9 bulan jadi salah satu korban kecelakaan maut di tol Boyolali
Sabtu, 13 Juli 2024 22:53 Wib