"Pada metode pengumpulan data, Sensus Penduduk 2020 meminta masyarakat untuk 'mengupdate' data kependudukannya secara mandiri sehingga metode ini akan mengubah budaya dari diwawancarai menjadi kesadaran untuk memperbarui data secara mandiri," katanya di Semarang, Rabu.
Menurut Wagub yang akrab disapa Gus Yasin ini, metode baru tersebut menjadi kesempatan bagi warga negara Indonesia menyejajarkan diri dengan warga di negara maju yang sudah menggunakan metode registrasi.
Baca juga: BPS Jateng sosialisasikan perubahan metodologi SP 2020
Apalagi, kata dia, keberhasilan penggunaaan metode ini menjadi tantangan sekaligus tolak ukur kesiapan Indonesia menyongsong penggunaan metode registrasi pada sensus penduduk berikutnya.
"Saya ajak masyarakat Jateng untuk aktif dalam Sensus Penduduk 2020. Kalau biasanya kita didatangi, sekarang kita yang aktif agar terdata. Ini tidak hanya memberi manfaat kepada pemerintah, tapi juga masyarakat," ujarnya.
Gus Yasin menyebut Sensus Penduduk 2020 merupakan momentum tepat untuk menyediakan data kependudukan yang akurat, mutakhir, dan relevan sebagai landasan merumuskan kebijakan dan merencanakan pembangunan.
Sensus Penduduk 2020 juga akan menjadi titik tolak transisi budaya masyarakat, dan mewujudkan satu data kependudukan Indonesia.
"Sensus Penduduk 2020 akan memanfaatkan data administrasi kependudukan dari Kemendagri, yang menjadi wujud integrasi dan kolaborasi sekaligus akan menjadi solusi untuk mengakhiri polemik tentang kesimpangsiuran data kependudukan selama ini," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Yasin juga menekankan pentingnya Sensus Penduduk yang akan dilakukan secara nasional oleh Badan Pusat Statistik pada 2020 untuk memperoleh data kependudukan yang valid.
Baca juga: 60.000 petugas dibutuhkan untuk Sensus Penduduk 2020
Baca juga: Ganjar: Jateng "powerful" bantu sensus penduduk 2020
Baca juga: Sensus Penduduk 2020, ASN Jateng diminta sosialisasikan melalui medsos