Purwokerto (ANTARA) - Pemanfaatan teknologi informasi dapat berdampak signifikan bagi upaya promosi dan pemasaran batik di Tanah Air, kata pemerhati budaya dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Bambang Widodo.
"Upaya promosi dan pemasaran batik jangan hanya menggunakan cara konvensional tetapi harus dikemas dengan memanfaatkan teknologi informasi," katanya di Purwokerto, Rabu.
Sementara itu, dia juga menambahkan pemasaran batik memerlukan sinergi sejumlah pihak.
"Bukan hanya pemerintah dan perajin batik, para desainer juga dapat ikut merancang busana yang menggunakan bahan dasar kain batik, mulai dari busana kasual, kebaya, gaun pesta maupun busana lain dalam seni pertunjukan, hal ini dapat makin mendorong promosi batik," katanya.
Baca juga: Presiden sebut UNESCO mulai evaluasi pengakuannya pada batik
Terlebih lagi, kata dia, jika kegiatan feysen tersebut dapat "disiarkan" melalui media sosial. "Dengan demikian maka diharapkan batik akan makin memasyarakat dan makin terkenal ke berbagai penjuru," katanya.
Sementara itu, dia juga menambahkan peringatan Hari Batik Nasional perlu menjadi momentum untuk makin mencintai batik.
"Peringatan hari batik bukan sekedar merayakan dengan memakai batik hari ini. Harus menjadi momentum untuk mencintai batik sebagai bagian dari budaya dan kebanggaan bangsa Indonesia," katanya.
Sebelumnya, dia juga mengatakan peringatan Hari Batik Nasional merupakan bukti bahwa eksistensi batik terus berkembang.
"Yang harus dilakukan adalah mempertahankan eksistensi tersebut, dan itu membutuhkan upaya dari eksekutif dan legislatif mulai dari tingkat daerah hingga tingkat pusat," katanya.
Hari Batik Nasional diperingati setiap 2 Oktober. Tanda pagar #BatikDay dan ucapan "Selamat Hari Batik Nasional" menjadi topik yang populer di media sosial pagi ini.
Baca juga: Presiden ajak masyarakat rawat batik sebagai karya adiluhung bangsa
Baca juga: Pekan Batik Pekalongan diharapkan jadi tujuan wisata Indonesia