"Buka luwur", ribuan warga perebutkan nasi jangkrik goreng (VIDEO)
Kudus (ANTARA) - Ribuan warga dari sejumlah daerah di Kabupaten Kudus, memadati kompleks Makam Sunan Kudus, Jawa Tengah, untuk memperebutkan nasi uyah asem dan nasi jangkrik goreng pada ritual buka luwur, Selasa.
Antrean warga mulai terlihat sejak pukul 04.00 WIB di jalan menuju Masjid Menara Kudus sehingga panitia harus melibatkan petugas tambahan dari Banser serta aparat kepolisian untuk ikut membantu warga agar tertib dalam mengantre.
Meskipun antrean cukup panjang dan membutuhkan waktu hingga 30-an menit, warga tetap rela antre hingga harus berdesak-desakan demi mendapatkan sebungkus nasi uyah asem atau nasi jangkrik.
Baca juga: Nasi uyah asem, nasi berkat yang diminati ribuan warga (VIDEO)
Tradisi buka luwur yang diselenggarakan setiap 10 Muharam atau pada Selasa (10/9), merupakan ritual untuk menandai penggantian kelambu di Makam Sunan Kudus.
Tumirah, salah seorang warga asal Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kudus, Selasa, mengakui sudah dua kali menghadiri acara buka luwur dengan ikut antre mendapatkan nasi uyah asem (jawa) atau nasi jangkrik goreng setiap 10 Muharram.
"Mudah-mudahan mendapatkan berkah setelah menyantap nasi uyah asem tersebut," ujarnya.
Selain dikonsumsi sendiri, kata dia, nasi tersebut juga akan dibagikan kepada tetangganya yang dimungkinkan tidak ikut antre.
Meskipun harus berdesak-desakan, dia mengaku, tidak mempermasalahkan karena kondisinya setiap tahun seperti itu.
Berdasarkan pantauan, sejumlah warga yang mendapatkan nasi uyah asem tampak semangat menyantapnya bersama rekan-rekannya.
Warga juga ada yang memanfaatkan nasi tersebut untuk bahan campuran makanan ayam atau ternak lain dengan harapan tidak mudah terserang penyakit.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menjelaskan berkat buka luwur dengan masakan uyah asem dan jangkrik goreng disediakan sebanyak 33.662 bungkus, sedangkan nasi yang dikemas dengan keranjang sebanyak 2.396 bungkus.
Daging dan nasi yang dibagikan tersebut, kata dia, berasal dari masyarakat dengan inisiatif sendiri memberikan bantuan.
Selain mendapatkan bantuan uang, kata dia, panitia juga mendapatkan bantuan berupa beras, kerbau, kambing, serta bumbu-bumbuan.
Beras yang diterima sebanyak 15,270 ton, kerbau 14 ekor, dan kambing sebanyak 84 ekor.
Pekerja yang bertugas di dapur maupun bidang tugas lainnya mencapai 1.179 orang.
Pembungkus nasi tetap menggunakan bahan alami, seperti daun jati serta pengikatnya menggunakan tali agel, meskipun ada sebagian kecil yang terpaksa menggunakan bungkus plastik karena melonjaknya jumlah masakan.
Sementara kebutuhan kain mori untuk mengganti mori yang terpasang di Makam Sunan Kudus sejak satu tahun yang lalu, menghabiskan sekitar 1.330,4 meter.
Baca juga: Pelepasan mori penutup makam Sunan Kudus diiringi tahlil
Antrean warga mulai terlihat sejak pukul 04.00 WIB di jalan menuju Masjid Menara Kudus sehingga panitia harus melibatkan petugas tambahan dari Banser serta aparat kepolisian untuk ikut membantu warga agar tertib dalam mengantre.
Meskipun antrean cukup panjang dan membutuhkan waktu hingga 30-an menit, warga tetap rela antre hingga harus berdesak-desakan demi mendapatkan sebungkus nasi uyah asem atau nasi jangkrik.
Baca juga: Nasi uyah asem, nasi berkat yang diminati ribuan warga (VIDEO)
Tradisi buka luwur yang diselenggarakan setiap 10 Muharam atau pada Selasa (10/9), merupakan ritual untuk menandai penggantian kelambu di Makam Sunan Kudus.
Tumirah, salah seorang warga asal Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kudus, Selasa, mengakui sudah dua kali menghadiri acara buka luwur dengan ikut antre mendapatkan nasi uyah asem (jawa) atau nasi jangkrik goreng setiap 10 Muharram.
"Mudah-mudahan mendapatkan berkah setelah menyantap nasi uyah asem tersebut," ujarnya.
Selain dikonsumsi sendiri, kata dia, nasi tersebut juga akan dibagikan kepada tetangganya yang dimungkinkan tidak ikut antre.
Meskipun harus berdesak-desakan, dia mengaku, tidak mempermasalahkan karena kondisinya setiap tahun seperti itu.
Berdasarkan pantauan, sejumlah warga yang mendapatkan nasi uyah asem tampak semangat menyantapnya bersama rekan-rekannya.
Warga juga ada yang memanfaatkan nasi tersebut untuk bahan campuran makanan ayam atau ternak lain dengan harapan tidak mudah terserang penyakit.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menjelaskan berkat buka luwur dengan masakan uyah asem dan jangkrik goreng disediakan sebanyak 33.662 bungkus, sedangkan nasi yang dikemas dengan keranjang sebanyak 2.396 bungkus.
Daging dan nasi yang dibagikan tersebut, kata dia, berasal dari masyarakat dengan inisiatif sendiri memberikan bantuan.
Selain mendapatkan bantuan uang, kata dia, panitia juga mendapatkan bantuan berupa beras, kerbau, kambing, serta bumbu-bumbuan.
Beras yang diterima sebanyak 15,270 ton, kerbau 14 ekor, dan kambing sebanyak 84 ekor.
Pekerja yang bertugas di dapur maupun bidang tugas lainnya mencapai 1.179 orang.
Pembungkus nasi tetap menggunakan bahan alami, seperti daun jati serta pengikatnya menggunakan tali agel, meskipun ada sebagian kecil yang terpaksa menggunakan bungkus plastik karena melonjaknya jumlah masakan.
Sementara kebutuhan kain mori untuk mengganti mori yang terpasang di Makam Sunan Kudus sejak satu tahun yang lalu, menghabiskan sekitar 1.330,4 meter.
Baca juga: Pelepasan mori penutup makam Sunan Kudus diiringi tahlil